Minggu, 13 Desember 2009

Ultah Tuhan Jesus

Memperingati kelahiran Tuhan Yesus Kristus setiap tanggal 25 Desember menjadi tradisi gereja sejak abad ke VI. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan “Christmas”. Pengertian kata Christmas (hari natal) berasal dari kata “Cristes maesse” berarti Misa Kristus (sink. Xmas). Huruf X adalah awal dari nama Christos (Kristus).
Perayaan Natal sering ditandai oleh hiasan pohon natal, sinterklas, tukar kado, kartu ucapan, sepatu baru, baju baru, christmas party, dll. Orang-orang berlomba-lomba untuk membeli berbagai aksesoris natal dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Selain itu bangku-bangku yang biasa kosong dalam gereja menjadi terisi penuh oleh kepadatan manusia. “Natal telah tiba mari kita sambut dengan meriah”, demikianlah ungkapan hati dan aksi mereka.
Kesempatan ini Devotion Ministry akan memberikan penjelasan tentang natal itu sendiri, dengan harapan pembaca dapat memaknai arti natal yang sesungguhnya di dalam kehidupan sehari-hari.

Benarkah kelahiran Tuhan Yesus pada tanggal 25 Desember?
Secara gamblang para teolog mengatakan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Pendapat ini pertama diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para gembala masih menjaga dombanya di padang rumput. (Lukas 2:8). Pada bulan November – Maret di daerah Timur Tengah sangat tidak masuk akal apabila para gembala masih bisa menjaga domba-dombanya, sebab adanya musim dingin dan tidak ada rumput yang tumbuh lagi. Di samping itu tidak mungkin Sang Kaisar menyuruh penduduknya untuk jalan begitu jauh menjalankan program sensus di musim dingin yang telah banyak turun salju. Maka prediksi kelahiran Tuhan Yesus terjadi antara bulan April sampai bulan Oktober. Ditambah dengan kebiasan para gembala menggiring domba-dombanya ke padang setelah Paskah di awal April sampai Oktober awal musim dingin.
Kedua, hal yang membuktikan bahwa Yesus tidak lahir pada 25 Desember adalah cerita tentang Imam Zakharia pada Lukas 1:5 – 38. Jadwal tugas imam ditetapkan menurut kalender keagamaan yang dimulai dengan bulan Nisan, yaitu pertengahan Maret. Jadi Zakaria bertugas pada pertengahan Mei, tetapi karena hari raya Shavuot (Pentakosta) jatuh pada akhir Mei dan semua imam diminta bertugas bersama Zakaria harus menetap di Bait Suci untuk tambahan dua minggu. Akibatnya ia baru pulang ke rumah untuk menemui isterinya pada awal minggu ke 2 bulan Juni. Elisabet mulai hamil pertengahan Juni (Lukas 1:24). Pada saat Elisabet hamil 6 bulan, malaikat Gabriel datang kepada Maria, yaitu pertengahan Desember. Maria mulai mengandung saat itu (Lukas 1:36). Jadi apabila seorang wanita mengalami kehamilan yang terhitung dari bulan Desember sampai pada proses melahirkan selama 9 bulan, maka Maria melahirkan bayi yang dikandungnya jatuh pada akhir September atau awal Oktober (Honorof, R.A., 1997, "The Return of the Messiah"). Peristiwa itu bertepatan dengan perayaan hari raya Tabernakel (Bnd. Imamat 23). Hari raya Tabernakel merupakan hari raya yang paling meriah di antara ke 7 hari raya dan disebut juga sebagai Festival Cahaya. Saat itu Bait Suci bagaikan bermandikan cahaya, di Serambi Wanita dipasang 4 kandil pada empat penjuru seakan-akan ingin menerangi bangsa-bangsa (Benyamin Obadyah).
Sebagai kesimpulan bahwa untuk menemukan ketepatan tanggal dan bulan terhadap kelahiran Tuhan Yesus cukup sulit, namun yang pasti bukan tanggal 25 Desember.

Lalu kenapa natal itu dirayakan pada tanggal 25 Desember?
Pada dasarnya natal tidak pernah dirayakan sampai memasuki abad ke 3 Masehi. Natal pada tanggal 25 Desember mulai dirayakan oleh orang Kristen pada abad ke 3 pertengahan, bertepatan dengan hari kelahiran Dewa matahari yang disembah oleh bangsa Roma. Bahkan sebelumnya natal dirayakan pada tanggal 6 Januari (gereja Ortodoks). Hal ini dikarenakan kaisar Roma Flavius Valerius Konstantin yang menjadi penganut agama Kristen. Selain itu tradisi bangsa Romawi memiliki kebiasaan setiap tahun untuk memperingati dewa pertanian (Saturnus) yang puncak acaranya pada tanggal 25 Desember. Jadi perayaan natal yang biasa kita lakukan saat ini kemungkinan dipengaruhi oleh perayaan orang kafir (non-Kristen). Awalnya orang Kristen menolak untuk merayakannya. Nanti pada abad ke 6 hari kelahiran Tuhan Yesus pada tanggal 25 Desember di konversikan oleh Gereja Roma untuk dirayakan. Memasuki Milenium pertama (1000) kemudian perayaan natal merambah seluruh gereja di seluruh dunia.
Sedangkan mengenai tahun kelahiran Tuhan Yesus ada yang mengatakan 4 SM dan ada juga 1 M. Hitungan tahun tersebut didasari oleh kalender Masehi yang diciptakan oleh seorang biarawan (Dionysius Exignus) pada abad ke 6 dan sesaat sebelum Herodes meninggal telah terjadi gerhana bulan (13 maret sebelum Masehi).

Kesimpulan
Meskipun Alkitab tidak menginformasikan secara spesifik mengenai hari kelahiran Tuhan Yesus hal terpenting ialah dunia mengakui eksistensi-Nya pernah datang secara fisik di kota Bethlehem 2000 tahun yang lalu. Sedangkan perayaan ulang tahun Tuhan Yesus tidak begitu penting bagi gereja mula-mula saat itu. Mereka lebih cenderung merayakan hari raya paskah dengan begitu meriah sebab moment tersebut yang menjadi terpenting bagi hidup kekristenan.
Dengan kebenaran seperti ini bukan berarti penulis mengajak setiap pembaca tidak boleh merayakan natal namun biarlah perayaan tersebut dilaksanakan dengan penuh hikmat dan kesederhanaan (termasuk ulang tahun kita). Sebab apabila kita telah lahir kembali menjadi anak-anak Allah (baca: Yesus lahir dihati kita), peringatan itulah yang seharusnya dirayakan. Peringatan yang dulunya warga kerajaan maut tetapi sekarang menjadi status warga kerejaan Allah. Peringatan yang dulunya mengalami api kekal tetapi sekarang hidup dalam kesejukan abadi. Maksudnya peringatan disaat kita mengalami lahir baru secara rohani. Tuhan Yesus berkata, “sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerjaan Allah (Yoh. 3: 3).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar