Rabu, 27 Januari 2010

KAIN KUNING TANDA PENGAMPUNAN

Ada seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak ,, Georgia , Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik kepadanya, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik buat istri dan anaknya perempuan. Dia sering pulang malam-malam dalam keadaan mabuk, bila keadaan mabuk, ia lalu berbuat kasar dan sering kali ia memukuli anak dan isterinya. Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan isterinya hinga terkuras habis selama bertahun istrinya menabung. Ia lalu naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang dia anggap yang baik. Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru.Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Sex, gambling,drug. Dia menikmati semuanya itu. Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kehabisan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia tertangkap. Polisi lalu menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara. Hari demi hari ia alami di penjara membuat ia berpikir dan menyesali. Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai sadar dan merindukan keluarganya yang ada di rumahnya. Dia sangat merindukan keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia, yang telah dilakukan selama ini. Jika masih diberi kesempatan ia akan menyayangi istri dan anaknya, bahwa ia juga masih mencintai isteri dan anaknya. Dan ia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis, “Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku.Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan? Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota. Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti dengan apa yg telah aku perbuat selama ini dan aku tidak akan turun dari bis. Aku akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak kita seumur hidupku.” ia menulis surat itu dengan tidak henti2 air matanya mengalir.

Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya? Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. di sampingnya ada yang memperhatikan tingkah dia. "kamu kenapa? keliahatannya kamu bgtu tegang." kata seorang pria yang duduk di sampingnya. Spontan ia menoleh,da air matanya pun mulai berkaca-kaca. Ia lalu menceritakan kisahnya sejak ia menikah dan saat ia juga memperlakukan istri dan anaknya.
Seisi bis mendengar ceritanya, dan kebanyakan terharu dengan rasa penyelannya. Beberapa penumpang bus meminta kepada sopir bus untuk berjalan perlahan-lahan. “Tolong, pas lewat White Oak,jalan pelan-pelan. ..kita mesti lihat apa yang akan terjadi…” Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak, dan para penumpang pun tidak berkedip untuk menyaksikan hal itu. Hingga akhirnya ia tidak berani mengangkat kepalanya, ia menutupi mukanya dengan kedua tanganya karena ia begitu terasa tegang. Keringat dingin mengucur deras,bajunya pun sampai basah. "Lihat....disana ada kain besar yang menutupi setiap pohon." seru seorang penumpang. Seketika pria itu langsung melihat yang di tunjukan oleh seorang penumpangt. Air matanya tiba2 menetes di matanya… ternyata ia tidak melihat sehelai pita kuning… tidak ada sehelai….. . Melainkan ada kain-kain kuning yang menutupi semua pohon …. Ooh… seluruh pohon telah dibalut oleh kain kuning. Ketika turun di halte, ternyata seluruh keluarga besar istrinya telah menunggu di pohon beringin itu dengan anaknya juga. Melihat ia di smbut dengan istri dan anaknya serta keluarga besar istrinya, hatinya makin tak kuasa tuk menahan haru. Ia lalu berjalan menghampiri mereka. Anaknya pun berlari sambil memanggil papa dan ia pun memeluk ayahnya. Istrinya menyusul dan tuk menjemput suaminya. Ia bisa lega hatinya karena istrinya bukan hanya mengampuni tetapi juga mau memberikan kasihnya untuk dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar