Flora adalah seorang gadis pendiam yang mendaftar di sekolah lanjutan Advent di Manado Indonesia bagian timur. Flora tidak banyak bicara dengan teman-temannya sesama siswa bahkan dengan guru-gurunya. Jadi tidak ada orang yang banyak tahu tentang dia. Mereka duga dia datang dari keluarga non-Advent, dan karena banyak siswa yang datang dari keluarga non-Advent, jadi tak ada orang terlalu banyak memikirkannya.
Flora membaur di dalam kelas-kelas dan kegiatan-kegiatan sekolah, tetapi tampaknya dia tidak bergairah mengenai agama.
Penyataan yang Mengagetkan
Setelah beberapa bulan sekolah berjalan diadakanlah Pekan Doa 10 hari. Pendeta yang memimpin Pekan Doa itu menggunakan waktu berjam-jam untuk memberi nasihat dan bimbingan rohani kepada para siswa. Pada suatu hari pendeta itu melihat nama Flora tertera di dalam daftar para siswa yang ingin menemuinya. Setelah dia tiba, dia memberikan banyak pertanyaan tentang apa yang diajarkan Alkitab dan gereja. Esoknya dia datang lagi dan memberikan pertanyaan yang lebih banyak. Kemudian pada hari Jumat dia datang lagi ke kantor, kali ini dengan penyataan yang mengejutkan, "Saya datang ke sekolah ini bukan untuk memperoleh pendidikan Kristen, " katanya memulai. "Saya dikirim ke sini untuk membagikan kepercayaan saya kepada para siswa dan berupaya untuk mempertobatkan mereka kepada agama saya."
Flora menyatakan bahwa dia dan keluarganya adalah anggota sebuah gereja yang menyembah Setan. Para pemimpin agamanya telah mengutus dia sebagai seorang misionaris rahasia, seorang mata-mata, untuk membawa orang-orang kepada Setan. Tetapi dia perhatikan ada suatu hal yang lain di dalam diri para siswa di sekolah ini, dan dia sadar itulah agama yang mengasingkan mereka. Jadi ganti membagikan imannya kepada para siswa dan guru itu, dia mulai memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang dipercayai orang-orang Advent.
"Sekarang saya sadar bahwa selama dua tahun saya telah menjadi seorang tawanan gereja Setan, tetapi sekarang saya ingin mengikut Yesus," katanya. Tetapi ketika pendeta bertanya apakah dia bersedia untuk baptisan, dia menggelengkan kepala. "Saya tidak mau dibaptiskan!" sahutnya hampir berteriak. "Dua tahun yang lalu saya diharapkan akan dibaptiskan di sebuah gereja Protestan, tetapi ketika pendeta dan saya masuk ke dalam air, seluruh tubuh kami berdua penyakitan. Ini membuat pendeta takut, dan dia tidak membaptiskan saya. Segera setelah keluar dari air penyakit itu meninggalkan kami. Saya tahu Setanlah yang melakukan ini jadi saya tidak memasuki gereja ini.
"Saya datang ke sekolah ini bukan unuk memperoleh gelar, tetapi mempengaruhi para siswa dan guru untuk memasuki gereja Setan. Tetapi upaya itu tidak berhasil. Ganti mempertobatkan mereka, malah saya yang ditobatkan. Sekarang saya percaya, dan saya ingin mengikut Yesus. Tetapi saya masih takut untuk dibaptiskan. Saya takut kepada Setan."
Percayailah Dia
Pendeta mendorong semangat Flora. "Engkau tak perlu takut kepada Setan," katanya. "Setanlah yang takut kepada kita." Mereka berdoa bersama-sama. Pesan pendeta pada panggilan terakhir agar dengan iman dia tampil ke depan menyerahkan diri kepada Tuhan. Flora meninggalkan kantor pendeta dan kembali ke kelasnya. Tiba-tiba dia menjadi sakit dan memuntahkan darah. Setan coba menakut-nakutinya. Dia kembali ke kantor pendeta di mana pendeta mendoakannya dan muntahnya berhenti.
Ketika panggilan diadakan pada malam itu, beberapa siswa datang ke depan untuk berdiri bagi Kristus. Flora menangis, berdoa, dan bergumul untuk melangkahkan kakinya menuju ke podium.
Pada hari Sabat pagi semua orang di sekolah itu tahu tentang masa lalu Flora yang dikuasai Setan. Setelah acara baptisan tiba, para siswa berbaris di sepanjang tepi kolam renang. Flora ikut dengan mereka, menangis dan gemetar.
Pendeta meyakinkannya bahwa Tuhan akan menemplak Setan dan membawa kemuliaan kepada nama-Nya. Dengan gemetar Flora masuk ke air untuk dibaptiskan.
Ketika mereka keluar dari air, pendeta melihat lengannya. Tidak ada penyakit. Tetapi ketika Flora melihat lengannya, dia kaget dan berteriak, "Pendeta, apa ini?" Dia tunjukkan lengannya dan setiap orang melihat. Ada angka merah yang menyala-nyala dengan nomor 666. Segera pendeta mendoakan Flora, dan dengan iman dia janjikan kepada Flora bahwa tanda itu akan segera hilang. Kemudian pendeta melanjutkan baptisan.
Sesudah acara baptisan, para siswa berkumpul mengelilingi Flora untuk melihat tanda yang di lengannya. Tampaknya tanda itu menyakitkan, tetapi Flora katakan bahwa dia tidak merasa apa-apa. Beberapa jam kemudian tanda itu menghilang.
Pengucilan
Orangtua Flora mengetahui baptisannya. Mereka marah dan memaksanya menarik diri dari sekolah Advent. Kemudian keluarga itu pindah ke kota lain, jauh dari teman-teman Kristennya. Tetapi sebelum pergi dia berjanji kepada guru-gurunya di sekolah, "Jangan berhenti mendoakan saya. Saya akan setia kepada Tuhan. Saya percaya kepada kebenaran ini dan saya tidak mau pergi."
Orangtua Flora tidak mengizinkannya pergi ke gereja Advent di kota itu dan pendeta Advent tidak boleh mencari tempat untuk Flora di sana. Tetapi kata-katanya terus mengiang di telinga mereka yang mengenal Flora. "Saya datang ke sekolah ini untuk mempertobatkan para guru dan siswa agar menyembah Setan. Tetapi sebaliknya saya sudah ditobatkan untuk menyembah Allah. Saya percaya Allah lebih berkuasa daripada Setan, dan saya ingin mengikut dia sepanjang hidup saya. Tolong, jangan lupa mendoakan saya."
(Kesaksian ini ditulis oleh Noldy Sakul, sekretaris Uni Indonesia Kawasan Timur yang berlokasi di Manado, Sulawesi, Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar