Jumat, 19 Februari 2010

DIA TETAP ALLAH

Jim (Ayah Becki, pelayan Tuhan ): Ketika mereka membawa putri saya, Becki, ke unit gawat darurat di rumah sakit, saya tahu bahwa mereka akan segera keluar bersamanya. Lagipula, bukankah jemaat gereja kami sedang mendukung kami dalam doa? Meskipun Allah belum menyembuhkan kanker pada kakinya, namun bukankah Dia seringkali bekerja pada saat- saat terakhir? Tidakkah akan menjadi kesaksian yang indah bila Dr. Kline keluar dan mengatakan pada Sally, saya dan saudara-saudara perempuan Becki, serta begitu banyak sahabat di sekeliling kami, bahwa tumor itu tiba-tiba lenyap? Beberapa jam kemudian, Dr. Kline keluar dari ruang operasi namun tidak dengan berita seperti yang saya harapkan. Sebaliknya ia mengatakan bahwa mereka harus mengamputasi kaki Becki. Bagian tubuhnya yang lain belum terserang sel-sel kanker, karena itu nyawanya masih tertolong. Namun, ia harus kehilangan kakinya! Ia tidak akan berlari-lari lagi. Apa pendapat dari jemaat yang saya layani tentang kuasa doa bila hal ini terjadi pada kami? Mengapa Allah mengecewakan kami? Ya, Tuhan, usianya saja baru 16 tahun!

Saya berpaling pada Sally dan berkata, "Kita harus kuat sekarang. Kita harus melalui saat-saat sulit ini dengan kekuatan kita sendiri. Jelas sudah, Allah tidak mau menolong kita."

Sally (Istri & Ibu Becki): Saya terkejut mendengar ucapan Jim.

Allah memang tidak menjawab doa kami seperti yang kami harapkan, tetapi saya tahu Dia akan membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang setia. Becki akan segera sembuh dan karena ia masih memiliki pandangan yang positif terhadap hidup ini, saya tahu bahwa semangatnya tidak ikut teramputasi.

Becki (Anak, 16 tahun): Saya juga berharap Allah akan memberikan mukjizatNya untuk saya. Namun jika tidak, saya tahu Dia akan menguatkan saya. Allah berjanji akan memberikan segala sesuatu yang saya butuhkan. Jika saya membutuhkan dua kaki. Dia tidak akan mengambil satu kaki saya. Saya tidak mau dikasihani meski saya tahu bahwa saya harus berjuang melalui proses penyembuhan dan membiasakan diri dengan kaki palsu saya.

Jim: Tatkala bergumul melawan keragu-raguan dalam diri saya, beberapa sahabat baik bersedia mendengarkan luapan perasaan saya.

Saya bertanya kepada mereka, "Apakah Allah terlalu sibuk menjawab doa orang lain yang sedang mencari tempat parkir sehingga Dia tidak punya waktu untuk menyembuhkan kaki Becki? Bagaimana mungkin saya dapat kembali berdiri di hadapan jemaat dan mengajar bahwa Alkitab adalah kebenaran?" Saat ini saya sadar bahwa saya hanya memiliki satu pilihan. Maukah saya membiarkan Dia menunjukkan kedaulatan Nya sebagai Allah? Pada akhirnya saya menyadari bahwa yang menakutkan adalah bila saya menjauh dari Nya.

Pada minggu-minggu selanjutnya setelah operasi Becki, saya mengakui bahwa berdoa bukan berarti memilih dan mengambil sendiri berkat yang saya inginkan. Sebaliknya, doa adalah perjanjian saya dengan Allah, suatu pengakuan akan keberadaanNya dan bahwa saya mengizinkan rencanaNya terjadi dalam hidup saya, apapun itu. Dia ingin agar saya memberi Nya kesempatan untuk menjadi Allah, dan mengatakan kepadaNya bahwa saya siap bertumbuh secara rohani lewat berbagai penderitaan dan masalah. Keraguan saya pun sirna. Akhirnya saya dapat berkata,"Baiklah, Allah, saya memang tidak mampu memahami hal ini, tetapi saya percaya bahwa Engkau akan memelihara kami semua. Saya akan memberiMu kesempatan untuk menyatakan kedaulatanMu sebagai Allah."

Sally : Saya lega Jim mampu mengatasi kepedihan hatinya. Yang lebih mengembirakan lagi adalah respon Becki dalam menghadapi keadaannya.

Suatu hari ia bermain roller skate lagi. Karena ia bermain berpasangan, ia tidak perlu menggunakan tongkat penyangga. Ketika musik berakhir, ia mengakhirinya dengan melakukan putaran hanya dengan satu kaki.

Seorang anak lelaki kecil yang baru pertama kali melihatnya berteriak,"Oh, kamu kehilangan satu kaki?"

Dengan keterkejutan yang dibuat-buat Becki menjawab, "Benarkah? Ya, ampun. Saya selalu menghilangkan banyak barang. Ibu saya akan membunuh saya kalau ia tahu bahwa saya menghilangkannya. Maukah kamu membantu mencarikan kaki saya?"

Anak itu dengan sungguh-sungguh mulai mencari kaki Becki yang disangkanya benar-benar hilang. Akhirnya, Becki menunjukkan tongkat penyangganya dan menjelaskan tentang kakinya.

Saya sangat sedih dengan keadaan Becki. Saya sedih melihat penderitaannya setelah operasi dan bagaimana ia berusaha menyesuaikan diri untuk hidup dengan satu kaki. Tetapi selera humornya membuat saya semakin percaya atas kedaulatan Allah dalam peristiwa ini.

Becki: Allah telah memakai kehilangan ini agar saya memiliki hati yang penuh belas kasihan kepada orang-orang yang dalam penderitaan.

Saya belajar tentang terapi pemulihan, sehingga saya dapat melayani banyak orang cacat lainnya. Disamping itu, Dia juga memakai saya dalam hal-hal yang tak pernah saya duga sebelumnya. Beberapa tahun setelah operasi itu, seseorang berkata kepada saya, "Sikap Anda yang tidak malu dengan keadaan tubuh Anda membantu saya untuk dapat menerima diri sendiri. Saya terlalu keras kepala dan malu dengan bentuk kaki saya. Namun sewaktu saya melihat Anda pergi dengan mengenakan celana pendek atau baju renang, tanpa malu menunjukkan kaki anda yang buntung, saya menjadi sadar betapa konyolnya saya karena malu dengan ketidaksempurnaan tubuh saya. Sejak itu, saya dapat menerima banyak hal pada diri saya dan menyadari bahwa ketidaksempurnaan merupakan bagian keunikan saya."

Kini, beberapa tahun kemudian, saya menikah dengan seorang pendeta, Craig Sanders, dan kami dikaruniai tiga putri yang aktif. Sebagai istri pendeta, saya banyak menghibur orang lain dan mengembangkan komisi wanita. Saya berjalan-jalan santai dengan menggunakan tongkat penyangga sebanyak tiga atau empat kali seminggu, bersepeda, bermain ski, dan mengelola bisnis kursi rotan di rumah. Allah sangat baik kepada saya dan saya bersyukur atas perbuatan tanganNya bagi hidup saya.

(Sumber kesaksian : Jim & Sally Conway, Becki Conway Sanders)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar