Di desa Arjasari, Bandung Selatan, terdapat sebuah gedung berlantai dua bergaya minimalis. Gedung megah menurut ukuran desa itu adalah perpustakaan. Bermula dari keinginan sederhana seorang tukang gorden keliling bernama Ayi Rohman untuk mendirikan perpustakaan bagi anak-anak di desanya. Mang Ayi, begitu ia biasa disapa, percaya bahwa sumber kemiskinan adalah kebodohan. Dan kebodohan bisa dientaskan dengan meningkatkan budaya baca masyarakat sekitar.
Berawal dari tujuh puluh buah buku hasil cari sana-sini, berdirilah perpustakaan seadanya di ruang tamu rumahnya. Untuk menambah koleksi bukunya, Mang Ayi biasa menyisihkan hasil jualan gordennya. Sekarang, bantuan donatur telah mengalir; gedung permanen, koleksi buku yang terbilang lengkap, dan terutama minat baca anak-anak di desanya meningkat pesat. Mang Ayi tidak lagi berjualan gorden, ia total mengurus perpustakaannya. Dan yang tidak pernah ia bayangkan adalah kesejahteraannya justru meningkat. “Dulu waktu jadi tukang gorden, melihat uang satu juta saja sudah sebuah keajaiban. Kini, setelah saya memikirkan orang lain, saya malah mendapatkan hidup yang lebih baik,” tuturnya.
Firman Tuhan hari ini berkata: “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan. Siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum” (ayat 25). Tentu bukan berarti kita kemudian berbuat baik kepada sesama dengan prinsip memancing, “Melempar teri untuk mendapat kakap”. Sebab itu artinya berpamrih, tidak tulus. Sebaliknya, yang ditekankan di sini adalah jangan pelit berbuat kebaikan kepada orang lain. Sebab hukum Tuhan berkata bahwa dengan memberi, kita bukannya habis, melainkan justru akan mendapat.
SIAPA YANG MENABUR KEBAIKAN AKAN MENUAI BERKAT
(Sumber Artikel: Ayub Yahya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar