"Saya melakukan hubungan sex itu umur 14 tahun. Karena perkenalan saya dengan satu orang yang bernama pipih, itu dia punya toko video. Dia itu baik sekali. Saya merasa dia seperti kakak saya karena dia bisa kasih saya sayang. Karena saya sama dia akhirnya kami salah jalan. Kami berhubungan sex hingga saya hamil," ujar Nita mengawali kesaksiannya.
Nita yang baru saja beranjak remaja akhirnya harus menikah dengan pipih, akan tetapi bukan kebahagiaan yang dia dapat melainkan neraka dalam rumah tangganya bahkan ketika mereka menantikan anak ketiga.
"Dia tanya sama saya, ‘itu uang kemana?' saya bilang saya gak tahu. Karena panas hati saya bilang tidak tahu, tidak tahu, saya dihajar. Itu saya sedang hamil anak saya nomor ketiga. Saya ditarik dari ruangan lantai dua sampai ke lantai bawah. Udah sampai di bawah, saya diinjak,dipukulin, sampai ada tabung gas gede, kepala saya dibenturkan kesitu. Lalu saya dibawa ke pinggir lemari dan saya digebukin pake tali pinggang. Saya teriak-teriak, mertua saya datang. Mertua saya lindungi saya dan berkata kepada anaknya, "lo gila ya istri lagi hamil lu pukulin. Wah dia seperti orang kesetanan sampai ini balan badan saya. Saya ditarik keluar rumah dan diinjak kepala saya. Disitu saya mulai sakit hati sama laki. Saya bilang, "saya salah apa, saya belum kasih penjelasan udah dihantam lagi," kisahnya lagi.
Demi status anak yang dalam kandungannya, Nita tetap bertahan menerima pukulan demi pukulan dari sang suami. Sampai akhirnya ia harus mengambil suatu keputusan penting dalam hidupnya.
"Dari empat bulan saya hamil, saya terima siksaaan pukulan terus menerus sampai akhirnya saya hamil sembilan bulan. Saya gak nanya, satu rumah tapi saya gak ngomong. Saya ada salah sedikit, sabet. Jadi pukulan itu udah menjadi makanan sehari-hari saya. Sampai sepertinya saya punya penyakit, kalau rebut mesti dipukul. Kalo gak, belum puas. Akhirnya begitu anak saya lahir dua minggu, saya langsung urus surat cerai. Saya tinggal di rumah mama saya. Sesudah tinggal di rumah mama saya, saya kan gak bisa diem aja. Saya mulai melamar pekerjaan di Jakarta."
Dengan usaha dan perjuangan yang keras akhirnya Nita mendapatkan pekerjaan di Jakarta dan bisa sekolah lagi di luar negeri. Namun, sepulangnya ke Indonesia, Nita malah menjadi seorang pecandu Alkohol. Tiada hari dilaluinya tanpa mabuk-mabukkan. Sampai kemudian ia bertemu dengan seorang pria yang menjadi pelabuhan cintanya.
"Kenal lagi yang namanya Samin. Akhirnya kita sex bebas lagi kurang lebih 3 tahunan lah, 2 tahun lebih."
Pengharapannya akan cinta dan kebahagiaan mulai bersemi, namun Nita harus kembali merasakan sakitnya dikhianati. Samin tidaklah seperti yang diperkirakannya. Pacarnya tersebut ketahuan selingkuh dengan perempuan lain. Kegemarannya berjudi membuat uang yang dimiliki Nita pun hampir habis terkuras. Ia pun menjadi stress dan berkeputusan untuk pergi ke diskotik. Sepulang dari diskotik dan dalam keadaan mabuk, ia pun mengetok pintu. Awalnya tidak dibuka, tetapi ketika ia berulang kali mengetok, pacarnya itu pun membukakan pintu. Namun, malang bagi Nita. Ia kembali mendapat hajaran dan pukulan setelah sang pria melihatnya dalam keadaan seperti itu. Hatinya kembali terluka.
Merasa diperlakukan tidak adil, Nita pun semakin terpuruk dalam kebencian terutama ketika dia mengingat kejadian-kejadian yang dialaminya semasa kecil.
"Setiap malam saya tidak boleh tidur sama mama saya, sedangkan adik saya, koko saya bisa tidur. Saya selalu disedian baskom di sebelah saya supaya saya gak ngantuk dan saya merasa tertekan. Jadi, saya merasa tertekan. Jadi, saya shock terus gitu. Jadi, saya merasa ketakutan terus sama mama saya bawaannya. Saya merasa menjadi anak yang dibedakan. Saya merasa mama saya tidak pernah sayang saya. Saya merasa mama saya tidak peduli saya sampai akhirnya saya menjadi anak yang nakal, anak yang pemberontak, anak yang iseng, anak yang sombong, anak yang merasa maunya dihargai sama orang," ungkap Nita.
Berbeda dengan sang mama, kasih sayang yang Nita rasakan dari sosok papa membuat ia mempunyai kebahagiaan tersendiri. Namun, semuanya lenyap, hilang tak berbekas ketika kematian merenggut nyawa sang papa. Bagai laut tak bertepi, Nita merasa penderitaannya tidak pernah berakhir. Perbuatan nekat pun siap ia lakukan.
"Karena saya merasa kesel sepulang dari diskotik, si Samin memarah-marahi saya. Saya pun pergi ke dapur dan melihat ada racun serangga. Wah tanpa sadar, seperti orang kesetanan saya minum itu racun serangga. Saya punya pikiran capek hidup, mau mati. Buat apa hidup. Sesudahnya saya gak sadar lalu dibawa ke rumah sakit. Nah dari situ, saya akhirnya keluar dari rumah sakit, hidup bareng si Samin. si Samin bilang dia tidak akan jahatin saya lagi, dia akan baikin saya," kenangnya.
Janji tinggallah janji, Samin pun tetap tidak berubah. Dalam keadaan hamil, Nita memutuskan pergi meninggalkannya. Namun rasa kecewa dan sakit hati yang membekas membuatnya semakin jatuh terperosok dalam jerat narkoba dan dunia malam.
"Waktu hamil sembilan bulan, saya pun pakai narkoba karena udah ketagihan sekali. Sampai anak saya lahir, saya masih pake suntik narkoba."
Dari hari ke hari, Nita semakin larut dalam dunianya. Sampai suatu ketika, ia mengalami kejadian yang tidak pernah ia duga. Sewaktu ia hendak mengendarai mobil menuju diskotik, tiba-tiba matanya gelap sehingga tidak bisa melihat apapun. Tidak mau mengambil resiko, ia pun meminggirkan mobil. Namun, ketika sadar, ia tidak berada di dalam kendaraannya, melainkan di rumah sakit. Matanya tidak bisa melihat selama tiga minggu dan setelah diteliti ternyata ia mengalami kanker otak. Mendengar hal itu, kejiwaaan Nita turun dan bunuh diri menjadi keinginannya ketika itu.
Di tengah keputusasaannya, Nita kemudian mencoba mencari pengobatan alternatif. Tetapi, sebuah kemalangan akan menimpanya sekali lagi. Sang paranormal memberikan persyaratan agar ia benar-benar sembuh dari penyakit kanker otaknya, yakni ia harus mau menikah dengan penyembuh alternatif itu yang diiyakan oleh sang pasien. Kondisinya pun semakin baik. Harapannya akan suatu kebahagiaan mulai terlihat, namun semuanya itu hanyalah impian belaka ketika ia dikejutkan seorang perempuan yang datang ke rumahnya.
"Perempuan itu datang ke rumah. Dia ketok rumah dan bilang begini, "ini rumahnya Toni," Tanya sang tamu wanita. "Iya, Kenapa?" jawab saya. "Saya ini istrinya," ungkap sang perempuan yang mengaku bernama Lina. Saya kaget. Akhirnya saya telepon Toni. Saya tanya ke dia, "Apakah kamu punya istri," Dia jawab "tidak". Awalnya ia mengelak, tetapi ketika saya panggil Lina dan saya bilang, "ini siapa?", dia jawab, "saya kenal dia waktu di diskotik, dia ini pelacur. Saya kasihan sama dia, saya angkat dia sampai saya punya anak." Saya shock, saya bingung. Di mata saya, suami saya itu orang baik, tetapi kok seperti ini. Langsung di hati saya bilang begini, "ia ini orang jahat", " cerita Nita.
Sejak kedatangan wanita itu, hati Nita kembali harus terluka lagi. Bahkan ketakutan pun mulai menyelimuti pikirannya ketika sang paranormal merencanakan sesuatu pada dirinya.
"Saya denger dia ngomong sama pembantu seperti ini, "mbak jangan biarkan ibu pergi keluar. Saya mau pergi tiga hari. Kunci rumah baik-baik. Apa yang nyonya minta kamu musti sediain yang pasti nyonya gak boleh keluar. Saya langsung kaget mendengar itu. Waduh gw dikurung, gw gak bisa bebas lagi. Ya sudah saya intip gerak-gerik pembantu saya. Tanpa pikir panjang, saya ambil itu kunci".
Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Nita akhirnya kabur dari rumah dan berniat mengakhiri hidupnya. Namun, saat ia hendak melakukan aksinya, ponsel yang ia bawa berbunyi. Seorang teman ternyata yang meneleponnya. Saat mengetahui dirinya akan bunuh diri, temannya tersebut menasihatinya agar aksi nekatnya itu tidak dilakukan dan dia melakukannya. Temannya itu pun memintanya untuk pergi ke sebuah gedung di daerah Gajah Mada Plaza yang ternyata baru diketahuinya nanti adalah sebuah tempat ibadah.
Disana ia mendapatkan sebuah pencerahan baru dari setiap permasalahan dan keputusan-keputusan bodoh yang diambilnya. Bahkan saat seorang hamba Tuhan menumpangkan tangan ke kepalanya, dia pun terjatuh ke belakang dari tempat berdirinya. Ia melihat cahaya putih datang kepadanya. Perasaan damai dan sukacita begitu dirasakannya ketika itu. Ia merasa Tuhan Yesus memeluknya.
Melalui satu Pribadi, Nita akhirnya menemukan kebahagiaan sejati yang selama ini ia cari. Hidupnya pun mulai berubah. Ia sudah mulai bisa satu-persatu orang-orang yang menyakitinya di masa lalu. Narkoba dan minuman keras yang dikonsumsinya bertahun-tahun sudah mulai ia tinggalkan.
Lengkap sudah kebahagiaan yang Nita rasakan ketika ia mendapat bonus dari Tuhan, seorang suami yang menyayangi dan menerima dia apa adanya.
"Kini aku merasa menjadi wanita yang paling bahagia karena aku udah dipulihkan oleh Tuhan Yesus karena Tuhan begitu baik sama saya sehingga saya tidak tahu harus bagaimana ngomongnya. Saya hanya ngomong, "Tuhan, Tuhan, Tuhan Yesus aku mengucap syukur. Aku berterima kasih kepada-Mu Tuhan, Engkau selamatkan aku. Siapa aku ini Tuhan? Aku ini orang berdosa tetapi Engkau selamatkan aku... Tuhan Yesus itu sebagai papa saya, sebagai kekasih saya, Tuhan Yesus itu segala-galanya bagi saya," ungkap Nita mengakhiri kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 19 April 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Esther Nita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar