Sabtu, 07 Agustus 2010

MUJIZAT NYANYIAN SEORANG KAKAK

Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee , USA . Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang ke dua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya. Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya diperut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih diperut ibunya itu. Nampaknya Michael amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu.Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh diluar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi, kata dokter.

Karen dan suaminya berusaha menerima kenyataan tersebut dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada Yang Maha Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya jika sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!
"Mami, … aku mau bernyanyi buat adik kecil!" Tapi ibunya kurang menanggapi rengekan Michael.
"Mami, … aku ingin bernyanyi!" rengek Michael. Namun Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya, sehingga dia tidak memperdulikan rengekan Michael.
"Mami, … aku ingin bernyanyi!" Permintaan ini berulang kali diminta Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael adalah rengekan anak kecil.
Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.

Baru ketika harapan untuk kesembuhan putri kecilnya semakin menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. "Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup!" pikir Karen. Namun Karen dicegat oleh suster didepan pintu kamar ICU.
"Anak kecil dilarang masuk!" cegah suster. Karen ragu-ragu. Tapi, suster tidak mau tahu; "ini peraturan!" kata suster, "Anak kecil dilarang dibawa masuk!" sahut suster lagi.
Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: "Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya!"
Suster terdiam menatap Michael dan berkata, "tapi tidak boleh lebih dari lima menit ya...!." kata suster mengalah.

Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat-lekat adiknya … Tatapan matanya penuh cinta..... lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring
“… You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey …”
Ajaib! si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.
"You never know, dear, How much I love you. Please don’t take my sunshine away." Michael terus melantunkan nyanyiannya.

Denyut nadi adiknya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam "terus, … terus Michael! teruskan sayang …!!" bisik ibunya …
"The other night, dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands …" lanjut Michael dengan sayang.

Dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur … "I’ll always love you and make you happy, if you will only stay the same … " Sang adik kelihatan begitu tenang … sangat tenang.
"Lagi sayang!" bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan bernyanyi… adiknya kelihatan semakin tenang, relax dan damai … lalu tertidur lelap.
Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.

Hari berikutnya, satu hari kemudian si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tidak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapy ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai Mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa! tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.

Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan “How much I love you”.
Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil “Michael” untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagiNYA bila IA menghendaki terjadi.

Kadang hal-hal yang menentukan, dalam diri orang lain … Datang dari seseorang yang kita anggap lemah … Hadir dari seseorang yang kita tidak pernah perhitungkan …

Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" (Galatia 5:14)

GOD bless you, now and forever. AMEN.

Sumber: Renungan Harian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar