Ada dua orang petani, sebut saja John dan Alex. Keduanya memilih lahan yang sama besar dan akan bersama-sama pula untuk bertanam. Pada hari pertama, keduanya mulai menanam benih. John begitu tekun menyirami benihnya tiap hari, begitu juga dengan Alex.
Memasuki minggu pertama, Alex mulai naik darah. Benih yang ia tanam tidak menunjukkan adanya tunas. Alex mulai menggali benih itu, membuangnya dan mengganti dengan benih baru. Benih John juga tidak menunjukkan tunas, namun John tetap bersabar.
Alex tetap sibuk dengan menggali dan mengganti benih-benih baru setiap minggunya namun tidak dengan John. John mulai melihat bahwa benihnya bertunas dan pada tahun berikutnya menghasilkan buah. Bagaimana dengan Alex? Karena ketidaksabarannya itulah Alex tidak menghasilkan apa-apa.
Begitu juga dengan diri kita. Ketika kita mulai belajar untuk bersabar, maka kita akan mendapatkan kehidupan yang indah. Kesabaran bukan terletak pada apa yang telah/akan kita dapatkan, melainkan kesabaran terletak pada hati kita.
Ketika kita ingin terjadi pemulihan dalam keluarga kita, maka kita harus bisa bersabar dalam menghadapi setiap pribadi dalam keluarga itu dan tetap mengasihi mereka. Jika bersabar itu dirasa sangat sulit, maka kamu harus belajar untuk bersyukur.
Kesabaran itu bukan dipengaruhi dari keadaan, namun dipengaruhi dari hati. Oleh sebab itu milikilah hati yang mengasihi karena kasih itu sabar. Ketika kamu mulai gagal untuk bersabar, maka sesungguhnya kamu juga akan gagal menerima berkat.
Jika amarah penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar.
Pengkhotbah 10:4
sumber: http://www.renunganhariankristen.net/mencari-kesabaran/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar