Sabtu, 12 Desember 2009

AKU INGIN IBU BAHAGIA

Di sebuah kota kecil hiduplah seorang ibu dengan anaknya laki laki. bapak dari anak ini sudah meninggal sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Sang bapak meninggal akibat suatu kecelakaan. Tinggallah sang ibu bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya?

Di usia tiga tahun sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.
dengan modal pinjaman dari orang lain maka sang anak mulai membaik. Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar. Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.
Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide untuk menjual sebagian darahnya.hasil penjualan darahnya hanya mampu membeli setengah kilo daging sapi.setiap saat anak butuh konsumsi daging sapi,sang ibu kembali harus menjual darahnya.

Waktu telah berlalu Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari,dan pada sore hari ibunya mencuci pakaian tetangga untuk menambah penghasilan. Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. sang anak senang sekali melihat ibunya tertawa,karena di tawanya sang ibu membuat sang anak mendapatkan sesuatu yang indah bila di pandang. Sejak saat itu sang anak memutuskan untuk membuat ibunya bahagia.Sang anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. "Bu,biar saya cucikan semua baju itu"kata sang anak di saat ibunya hendak mencuci pakaian tetangga.
"Biar nanti ibu saja yang mencuci,nak.kamu nanti kelelahan dan tidak bisa belajar nanti."jawab ibu
"bu,tolong kasih saya saja yang mencuci baju itu,mama saya lihat sudah kelelahan dari pagi tadi bekerja di toko." paksa sang anak sambil menatap ibunya dengan wajah memohon agar ia di berikan mencuci pakaian itu.di gandengnya tangan ibunya untuk masuk ke dalam rumah,setelah ibunya di dudukan di kursi sang anak beranjak untuk mencuci pakaian. sang ibu hanya menatap anaknya di tempat duduk dengan mengalirkan air mata,"Ia memang seorang anak yang cerdas dan rajin" gumam ibunya dalam hati. Setiap pulang sekolah sang anak mengambil pakaian dari tetangganya untuk di cuci.
Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat membelikan sebuah Gaun, yang sangat didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Gaun itu sangat bagus, tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai. Di lain waktu sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan gaun tsb, karena ia akan membelinya bulan depan. “Apakah kamu punya uang?” tanya sang pemilik toko. “Tidak sekarang, nanti saya akan punya”, kata sang anak dengan serius.
Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli Gaun tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2. Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya “Dari mana kamu mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan ?”. “Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik angkutan pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah, uang jajan dan ongkos saya simpan untuk beli gaun ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah” kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.

Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan gaun tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. gaun ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana uang untuk membeli gaun tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab. “Apakah kamu mencuri, Nak?” Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri. “Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?” kata sang ibu. Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar saat memukul anaknya. Hatinya begitu perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya.
Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya. “Ia sebenarnya anak yang baik”, kata salah satu tetangganya. Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya.Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.
“Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya”. Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpangaun tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli gaun kesukaan ibunya.Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu?.”Maafkan saya, Nak.” “Tidak Bu, saya yang bersalah”???..jawab si anak. "saya hanya ingin membuat ibu bahagia" ucapnya dengan menanggis.

Ketika sang anak bertambah besar sang ibu menginginkan anaknya kuliah mengambil jurusan satra inggris. Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya,sehingga ia bisa membiayai kuliah anaknya di ibukota. maka kuliahlah sang anak di ibukota sedang sang ibu masih tetap tinggal di rumah dan ia bekerja dengan tekunnya. "aku harus semakin rajin bekerja untuk membiayai anakku." pikir sang ibu. Selama kuliah sang anak telah menunjukan prestasi yang gemilang,ia berusaha mendaptkan nilai yang bagus,karena ia ingin membuat ibunya bahagia..Tiba waktu wisuda sang ibu pun menghadiri wisuda anaknya. ia duduk di barisan kedua di antara para orang tua. acara demi acara telah berjalan dengan baik.tiba waktunya untuk pemberian penghargaan bagi siswa yang teladan. Dan tanpa di duga sang anak mendapat penghargaan tersebut sebagai anak yang pintar dan teladan.
Sang anak mendapat pangilan untuk maju ke mimbar dan dosen mempersilahkan sang anak untuk menyampaikan ucapan terima kasih. Suasana di ruangan mendadak sunyi,yang hanya terdengar suara langkah sang anak menuju mimbar. di depan mic sang anak menanggis sambil menatap wajah ibunya dan ia mulai berkata. " Ibu,apa yang aku dapat ini tidak sebanding dengan apa yang ibu lakukan kepada saya. Ini bisa saya dapat pun dari usaha tangan ibu." Suasana semakin hening yang terdengar hanya tangisan dari sang anak dan isak dari ibunya.dengan mata yang masih tertuju kepada ibunya sambil meteskan air mata ia melanjutkan. "sesungguhnya Bu,saya tidak menginginkan jurusan ini,karena saya tidak suka. tetapi karena ibu yang meminta saya untuk mengambil jurusan sastra inggris akhirnya saya hanya menurut apa kata ibu.sebetulnya saya mau menolak apa yang ibu mau,tapi karena saya berjanji untuk membuat ibu bahagia,akhirnya saya berusaha untuk mewujudkan impian ibu." sang ibu tak kuasa membendung air matanya. Lalu sang anak melanjutkan, "dengan hormat saya mengundang ibu untuk naik ke mimbar,biar ibulah yang layak memegang penghargaan ini. sang ibu langsung berlari dan memeuk anaknya dengan begitu sayang,mereka berpelukan sambil menanggis bersama sama.suasana menjadi tampak mengharukan semua orang yang hadir di ruangan itu pun ikut meneteskan air mata menyaksikan adegan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar