Saya mempunyai seorang anak laki-laki, namanya Norbert Nathanael. Itulah nama yang diberikan oleh seorang hamba Tuhan kepadanya. Terus terang, pada saat itu saya tidak berani kasih nama karena dia ada atas muzizat Tuhan. Jadi namanya saya minta kepada hamba Tuhan di tempat saya ibadah dengan harapan anak ini kelak menjadi pelayan Tuhan seumur hidupnya.
Saya menikah pada bulan July 2004, tidak lama kemudian Istri saya mengandung. Namun pada saat umur kandungan baru satu bulan, terjadi hal yang sangat tidak kami inginkan. Pada suatu hari tidak tahu sebabnya, tiba-tiba pada jam lima pagi istri saya mengalami pendarahan. Kami terkejut dan pada saat itu juga kami pergi ke Klinik bersalin terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Setelah berkonsultasi dengan bidan pemilik Klinik itu, melihat kondisi pendarahan yang banyak, dia menyatakan bahwa bayi dalam kandungan istri saya tidak ada harapan lagi dan harus segera di kuret (tulisan kuretnya benar nggak ya?he..he). Saya bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Sekali lagi saya bertanya apa tidak bisa diselamatkan lagi bu? Dia bilang tetap tidak. Karena dia adalah bidan yang sudah cukup berpengalaman, akhirnya tanpa ragu lagi saya dan istri menyetujuinya. (Saya tidak tahu kenapa pikiran kami berdua tertutup pada saat itu. Seharusnya kami pastikan dulu dengan orang yang paling berkompeten yaitu dokter kandungan).
Setelah proses kuret selesai, kami kembali ke rumah dengan wajah sedih terlebih lagi istri saya. Sepanjang pagi hingga malam, kami lebih banyak diam dan mengurung diri. Saya sangat kasihan melihatnya. Dia begitu sedih dan kecewa. Malamnya saya tidak tahan lagi, saya ajak istri ke kamar. Dikamar kami curahkan semua isi hati kami kepada Tuhan dalam doa dan pujian-penyembahan. Tanpa terasa 2 jam berlalu dan tiba-tiba istri saya berhenti dan berkata kepada saya “Pa, Tuhan ingatkan dan Tuhan tegur saya, kita telah berdosa kepada-Nya. Papa ingat, kita sudah dua bulan tidak mengembalikan perpuluhan?. Saya tersentak kaget, benar! Sudah dua bulan kami tidak mengembalikan perpuluhan. Terus terang saya lupa dan bukan saya sengaja, ternyata sudah dua bulan kami tidak mengembalikan perpuluhan karena sibuk mengurus pesta dan kebutuhan dana pernikahan kami. Pada saat itu kami langsung minta ampun dan bernazar akan mengembalikan perpuluhan yang terlupakan itu dalam 4 kali bayar.
Seminggu telah berlalu dari peristiwa kuret itu, namun saya heran kenapa istri saya kok masih mual-mual setiap mencium bau masakan? Dia paling tidak tahan mencium bau bawang goreng, pasti langsung muntah. Saya telepon saudara saya yang diluar kota, mereka katakan mungkin kuretnya masih belum bersih. Kemungkinan besar harus dibersihkan lagi. Mendengar itu istri saya langsung pucat pasi, dia takut dikuret lagi karena katanya sakit sekali. Saya bertanya, kok bisa gitu? Padahal dia kan sudah banyak makan obat anti biotik dan jamu-jamuan pembersih kandungan?
Akhirnya saya bawa kembali istri saya ke Klinik tempat dia dikuret untuk di periksa kembali. Ketika di test, hasilnya positif, muka bidannya tiba-tiba pucat. Dia memberikan kepada kami obat penguat kandungan. Akhirnya untuk memastikan keadaannya saya membawa istri saya ke Dokter spesialis kandungan. Ternyata hasil pemeriksaan dokter luar biasa!. Puji Tuhan, bayi kami masih ada dalam kandungan dan kondisinya sehat. Padahal waktu dikoret minggu lalu sang bidan sudah menunjukkan gumpalan darah kepada kami dan mengatakan bahwa bayinya sudah dikeluarkan. Sempat saya berpikir, lalu apa gumpalan darah yang di tunjukkan bidan itu? Akhirnya keraguan saya saya singkirkan semua, saya menaruh kepercayaan saya kepada Tuhan. Tuhan itu maha pencipta, Ia sanggup menciptakan apa yang tidak ada menjadi ada. Hari itu saya dan istri saya kembali larut dalam pujian-penyembahan syukur kepada Tuhan.
Sejak saat itu, setiap pagi dan malam saya tumpang tangan perut istri saya dan berdoa kiranya Tuhan membuat bayi ini sehat. Kami sempat kuatir kalau-kalau bayi ini lahir tidak normal atau cacat karena telah banyak obat dan jamu pembersih yang sempat dimakan istri saya. Dan puji Tuhan ternyata kekuatiran itu tidak terjadi. Anak kami lahir dengan kondisi sempurna. Tidak ada cacat sama sekali.
Oh ya disini saya juga mau saksikan, sebelum kejadian gempa bumi di Nias yang getarannya cukup terasa di Medan, anak ini telah membangunkan kami. Kalau tidak salah gempa itu terjadi tanggal 28 Maret 2005 pukul 23.10 WIB malam. Sebelum gempa terjadi anak ini menangis dan membangunkan kami. Saya periksa ternyata popoknya basah,dia ngompol. Ketika baru saja selesai mengganti popoknya disitulah terjadi gempa yang dahsyat itu. Kami semua keluar rumah dan berdiri di halaman takut tertimpa reruntuhan bangunan. Puji Tuhan ternyata gempa itu tidak membuat bangunan rumah kami runtuh.
Saudaraku, disinilah baru saya rasakan bahwa Tuhan Yesus itu luar biasa. Saya Tanya sana-sini bagaimana logikanya kok bayinya masih ada di dalam? Tidak satupun yang bisa menjelaskan secara pasti. Semuanya hanya menduga-duga. Tapi satu hal yang pasti bahwa muzizat telah terjadi ditengah keluarga saya. Kalau biasanya saya hanya mendengar dari orang, sekarang saya melihat dan mengalaminya sendiri kedahsyatan Tuhan kita. Dari kesaksian ini saya mengajak saudara-saudariku untuk tetap mengandalkan Tuhan karena DIA tidak akan mengecewakan kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin
( Sumber kesaksian = Bp.Nelson Saragih )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar