Setiap tahun, Martin punya kebiasan berkeliling ke berbagai panti asuhan dan rumah anak yatim. Kunjungan biasanya dilakukan dua kali dalam setahun. yaitu,saat Hari ulang tahunnya dan hari Natal. Pada kunjungan Natal ini martin hedak mensurvey tempat yatim piatu yang telah menjadi jadwal ia untuk di kunjungi. Memang ia biasa melakukan survey dulu untuk mengetahui kebutuhan apa yang baik untuk memberikan hadiah buat rumah anak-anak yatim. Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, Martin bertemu dengan seorang bocah bernama Susan.
“Halo, sapa namanya?” Martin mulai membuka percakapan.
"Susan om" sahut bocah itu.
“Oh susan ya,nama yang bagus" puji Martin. "nanti lusa om mau datang kesini, susan mau baju baru?, sepatu baru?, tas baru? boneka? atau kamu mau minta apa...coba bilang sama om ya." sambung martin.
“Nggak ah… saya ngak berani,ntar om marah” jawab Susan.
“nggak sayang, janji om tidak akan marah” desak martin.
“Nggak ah… ntar om marah” Ulang Susan sambil menggeleg-gelengkan kepalanya.
Martin terdiam sejenak dengan memandangin Susan dan ia berpikir, pasti yang diminta Susan adalah sesuatu yang mahal. Rasa keingin tahuan Martin bertambah besar. Maka dia memegang tangan Susan sambil berkata, “ayo nak,bilang saja apa yang kamu mau inginkan untuk kado natal. Semoga om bisa penuhi itu buat kamu anak baik.”
“Tapi janji ya om tidak akan marah” jawab Susan dgn ciri khas anak2 yg manja. “Om janji tidak akan marah sayang” tegas Martin sambil berdiri tegak.
“Bener om tidak akan marah” sahut Susan agak ragu. Martin menganggukkan kepala pertanda bahwa ia setuju untuk tidak marah
Susan menatap tajam wajah Martin seperti menyelidiki apakah ada kesungguhan dari wajah martin. Sementara martin berpikir-pikir, apa gerangan yang diinginkan oleh anak ini. “Seberapa mahal sich yang bocah kecil ini minta sampai dia harus meyakinkan bahwa saya tidak akan marah’ gumam martin. Sambil tersenyum martin menjawab. “ayo nak, katakan, jangan takut, om tidak akan marah deh.”
Dengan terus menatap wajah martin, Susan berkata; “bener ya om tidak marah.”
Sekali lagi martin mengganggukan kepala. Dengan wajah berharap-harap cemas, akhirnya susan mengajukan permintaannya.
“om, boleh nggak saya memanggil Papa kepada om” Mendengar suara dari mulut yang kecil itu, martin tak kuasa untuk membendung air matanya. Segera dia peluk Susan serta menciumnya berkali-kali dan mengatakan.
“tentu anakku..tentu anakku…mulai saat ini susan boleh panggil papa, bukan om” sahut martin dengan terisak
Sambil memeluk erat martin, dengan terisak susan berkata “terima kasih papa… terima kasih pa…
Hari itu, adalah hari yang tak akan terlupakan buat martin.selama ia mengunjungi tempat-tempat panti asuhan atau rumah yatim, baru kali ini ia bisa tergugah. Dia habiskan waktu beberapa saat untuk bermain dan bercengkrama dengan susan. Karena merasa belum memberikan sesuatu yang berbentuk material kepada susan maka sebelum pulang, martin berkata kepada susan.
“anakku, sebelum natal nanti papa akan datang lagi kemari bersamamama, apa yang kamu minta nak?”
“Khan udah tadi, susan sudah boleh panggil papa” sergah susan.
“susan masih boleh kq minta lagi sama papa. susan boleh minta sepeda, pakaian, boneka atau yang lain, pasti akan papa kasih.” Sambil memeluk martin dengan manja, susan memohon.
“nanti kalau papa datang sama mama ke sini, saya minta papa bawa foto bareng papa, mama dan kakak-kakak, boleh khan pa?”
Tiba-tiba martin merasa kakinya lemas, dia terduduk, bersimpuh di depan susan. dia menatap susan dengan berkaca-kaca. Dengan memeluk susan ia bertanya; “buat apa foto itu nak?”
Tanpa ragu susan menjawab “susan ingin tunjukkan sama temen-temen susan di sekolah, ini foto papa susan, ini mama susan, ini kakak-kakak susan.” martin memeluk Nina semakin erat, seolah ia tak mau berpisah dengan seorang bocah yang menjadi guru kehidupan di hari itu.
"papa akan bawa nak...papa akan bawa nak untuk kamu." tanggis martin tak kuasa ia menahan keharuan itu.
Terima kasih susan, walau usiamu masih belia kau telah mengajarkan kepada kami tentang makna berbagi kasih. Berbagilah kasih, karena itu lebih bermakna dibandingkan dengan sesuatu yang kasat mata. Berbagilah kasih, maka kehidupan anda akan lebih bermakna. Berbagilah kasih agar orang lain merasakan keberadaan anda di dunia.
Bila ada ajakan untuk berbagi, apa yang ada di pikiran anda? Berbagi dana, pakaian layak pakai, sembako, susu, makanan atau bentuk materia lainnya. Jawaban itu boleh jadi karena pengaruh ide materilistik yang telah mengglobal. Mengukur segala sesuatunya dengan ukuran yang bersifat material dan kasat mata. Pengalaman nyata dari martin mungkin bisa menjadi pelajaran bahwa berbagi tidaklah mesti berbentuk material.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar