Senin, 14 Desember 2009

Saat Mukjizat Tuhan Dinyatakan Atas Leukemia Sharon

Dokter mengatakan bahwa Sharon yang baru berusia lima tahun akan meninggal jika tidak mendapatkan transfusi darah dalam waktu dua jam. Apakah ini merupakah detik-detik terakhir kehidupannya?

"Kulitnya jadi gosong, luka semuanya. Seperti sate yang dibakar. Hidungnya keluar darah, muntah darahnya juga berbentuk gumpalan yang sangat banyak. Kepalanya juga seperti itu. Jadi rambutnya rontok dengan kulitnya," kisah Amike Sumual membuka kisah mengenai Sharon, anaknya yang menderita leukimia.

Leukimia, salah satu penyakit yang dapat membawa kepada kematian, diderita oleh seorang anak yang baru berumur lima tahun. Sharon Priscillia, buah hati dari pasangan Dony Bawole dan Amike Sumual ini, harus menerima kenyataan bahwa ia harus berjuang melawan kanker ganas.

"Kami ketemu dokter yang mengatakan bahwa dari hasil pemeriksaan lab darahnya, sel kankernya sudah tidak ada lagi. Tapi dokternya pada waktu itu tetap berkeras bahwa Sharon harus kembali dikemo lagi supaya tuntas. Setelah kemo yang terakhir itu, kemo nuklir dengan dosis yang tinggi, Sharon jadinya tidak bisa makan, tidak bisa minum," ujar Dony Bawole, ayah Sharon.

"Rambutnya rontok. Itu sebenarnya bukan karena rontok, tapi karena kulitnya itu melepuh semua. Jadi pada saat kulit melepuh, kulitnya jadi gosong, luka semuanya. Di kepalanya juga begitu, jadi rambutnya rontok dengan kulitnya," ujar Amike Sumual, ibunda Sharon.

"Sampai pada suatu saat, luka timbul sampai di bibirnya. Kata dokter, pengaruh kemo itu kena pada saluran-saluran pencernaan. Bibir, hidung, lidah dalam mulutnya, semuanya luka. Sampai di anusnya itu saya lihat luka terbakar. Meskipun seperti itu, saya melihat Sharon dengan gayanya, dalam keadaan kritis seperti itu, Sharon tetap berusaha untuk menggambar, dia tetap tenang. Apapun yang kita kasih dia lakukan. Disuruh makan dia makan. Walaupun dalam keadaan sakit dia tetap duduk dan makan. Dan saya dikuatkan dengan keadaan Sharon. Luar biasa semangatnya," kisah Dony.

"Sharon itu anak yang ceria, dia bangga sekali dengan rambutya yang panjang. Karena Sharon selalu melihat putri-putri dalam kisah-kisah khayalan, dia melihat mereka cantik dengan rambutnya," ujar Amike.

Setelah kemo nuklir, keadaan Sharon semakin memburuk. Hingga pada suatu pagi, kejadian yang jauh lebih mengerikan itu pun terjadi.

"Subuh di pagi itu, saya dengar ada suara, ‘Yesus, Yesus, Yesus...' Saya kaget, kakak saya juga yang sedang menjagai Sharon kaget. Saya tanya ada apa? Dan kakak saya bilang, Sharon lagi panggil nama Yesus. Saya tanya Sharon ada apa? Ternyata pada saat itu hidungnya keluar darah seperti air kran. Saya juga hanya bisa memanggil nama Yesus. Saya bilang, ‘Tuhan, hanya Engkau yang mampu hentikan semua ini.' Semua dokter datang, dokter THT, dokter anak, semuanya dengan peralatan yang lengkap. Dokternya sendiri bingung, semalam katanya sudah disumpal tapi masih keluar lagi... Karena banyaknya darah, dari jam 4 subuh sampai jam 8 pagi masih ditangani dokter terus. Sampai dokter profesornya sendiri datang memeriksa, dan dia mengatakan kalau pembuluh darah Sharon pecah. Jadi pembuluh darah di dalam tenggorokannya pecah, itu yang mengakibatkan semua darahnya keluar," kisah Amike.

Keadaan semakin memburuk. Karena darah yang keluar terus-menerus menyebabkan trombosit dan lekosit yang ada di dalam tubuh Sharon sudah tidak ada lagi. Sharon dinyatakan dalam keadaan gawat. Namun iman Dony dan Amike kepada Tuhan semakin teguh.

"Jadi pada saat dokter menyatakan bahwa Sharon harus mendapatkan darah dalam waktu dua jam, kalau tidak dia akan meninggal, saya tetap tidak kuatir," ujar Dony dengan yakin.

"Saya tidak ada perasaan takut, saya tidak ada perasaan bimbang, dan dalam hal ini dokter sendiri sudah pada panik karena melihat kondisi Sharon yang sudah gawat. Sebentar lagi bisa hilang nyawa anak ini. Tapi saya bilang tidak! Karena saya percaya, Tuhan merancangkan yang baik buat anak saya. Dengan panjang umur Tuhan akan kenyangkan dia. Dia tidak akan mati. Saya tolak roh maut dalam nama Yesus. Saya lalu meninggalkan dokter itu," tambah Amike pula dengan yakin.

Selama masa kritis dua belas jam, orangtua Sharon hanya bisa berdoa.

"Pada saat Sharon dalam keadaan kritis, ada beberapa orang datang berdoa termasuk orang-orang dari gereja, teman-teman, kakak-kakak sekolah minggu Sharon, bahkan ada saudara yang datang berkunjung, dan dia telepon satu gereja dan mereka berdoa. Doa mereka doa 24 jam dan berpuasa. Doa tanpa henti. Di jemaat sini juga doa puasa, dan doa berantai tak putus-putusnya. Dan saya percaya, bahwa doa orang benar didengar oleh Tuhan," ujar Amike dengan iman yang teguh.

"Ada seorang teman dari gereja yang mengatakan, ‘Pak Dony, bapak jangan kuatir. Sebab sakit yang ada pada Sharon itu tidak akan membawa kematian, tapi hanya akan menyatakan kemuliaan Tuhan'. Saya yakin itu, saya pegang terus firman itu. Demikian juga isteri saya, dia berdoa, dia mematahkan segala roh, roh kematian. Kami tidak kuatir dengan perkataan dokter," ujar Dony, sepakat dengan isterinya.

Membutuhkan keberanian untuk mengambil sebuah tindakan dan membutuhkan iman untuk percaya bahwa mukjizat pasti terjadi bagi Sharon yang akhirnya dapat melewati masa kritisnya.

"Dalam hal ini saya sudah melihat bahwa Tuhan sudah menyembuhkan Sharon. Jika Sharon bisa melewati jam 10 pagi, jam 12 siang, jam 2, jam 4, bahkan jam 6 sore. Dia telah melewati itu. Dan saya yakin hal seperti itu tidak mungkin diberikan manusia, tapi itu diberikan oleh Tuhan. Dan saya percaya kalau Sharon telah melewati itu, Tuhan sudah sembuhkan dia. Dan kita tetap mengikuti masa pemulihan itu sampai akhirnya Sharon keluar rumah sakit," ujar Amike.

"Tuhan itu sangat luar biasa. Seperti yang saya imani dari awal, kalau Tuhan ijinkan ini terjadi dalam keluarga saya, pasti Tuhan punya rencana dalam hidup saya. Saya semakin dikuatkan, semakin diteguhkan iman percaya saya," ujar Dony.

Saat dokter angkat tangan, maka Tuhan pun turun tangan untuk menyembuhkan Sharon. Dan Sharon berhasil melewati masa kritisnya. Setelah 22 hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Sharon diperbolehkan pulang pada tanggal 26 Juli 2008. Saat ini Sharon sudah sembuh dan menunggu rambut indahnya yang panjang tumbuh kembali.

"Saya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus karena Ia telah menyembuhkan Sharon dengan mukjizat-Nya yang luar biasa. Dan Sharon telah sembuh," ujar Amike dengan penuh ucapan syukur.

"Thank you Jesus, karena Tuhan Yesus sudah sembuhkan Sharon," ujar Sharon menutup kesaksian ini dengan senyumnya manisnya yang mengembang.


( Sumber Kesaksian: Dony Bawole, Amike Sumual & Sharon Priscillia )

1 komentar: