Rabu, 10 Februari 2010

Mengasihi Dengan Berkorban

Susi dan andrew dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Andrew lebih muda 3 tahun dari susi. Orangtuanya adalah seorang petani kecil. Suatu hari, susi ingin membeli sebuah buku diary karena buku diary saat itu menjadi sesuatu yang trend. Semua gadis di sekolahnya terlihat membawa buku diary. Susi tak berani meminta kepada orangtuanya yang miskin, ia pun berani mencuri uang ayahnya dari penyimpanannya. Ketika sang ayah menyadari kehilangan uangnya, sang ayah pun memangil Anak2nya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Sang ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi ayah mengatakan, "Baiklah, kalau begitu kalian berdua layak dipukul!" Ketika sang ayah hendak mencambuk, tiba-tiba andrew berdiri membelakangi susi dan berkata, "Ayah, aku yang mengambil uag itu!" Mendengar perkatan andrew sang ayah llu mencambuki punggung andrew dengan bertubi-tubi. Sang ayah begitu marah sehingga ia terus-menerus mencambukinya sampai kehabisan nafas. Puas mencambuki, dengan marah ia berkata, "Kamu sudah berani belajar mencuri di rumah sekarang ya. Hal yang sangat memalukan, mau jadi apa nanti kamu kelak? hari ini yah ampuni kamu. jika kamu berani mengulang ayah akan usir kamu dari rumah." Malamnya, sang ibu dan susi memeluk andrew. Tubuhnya penuh dengan luka tetapi andrw tidak menitikkan air mata setetes pun. Di tengah malam, susi tak dapat menahan diri dan menangis terisak-isak, andrew lalu menutup mulutnya dengan tangannya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi, kan semuanya sudah berlalu." Susi pun mengangguk dan memeluk adiknya. Ketika andrew lulus SMP, ia hendak melanjutkan ke SMA. Pada saat yang sama susi diterima untuk masuk ke sebuah universitas di kota propinsi. Malam itu, sang ayah dan sang ibu membahas untuk anak2nya. Susi dan andrew mendengarnya percakapan kedua orang tuanya. "Kedua anak kita telah lulus dan mereka memberikan hasil yang begitu baik. Tapi kita tida ada biaya lagi buat meraka nutuk melnjutkan." kata sang ayah kepada istrinya. Mendengar percakapan itu, tiba2 andrew keluar dari kamar dan menghampiri orang tuanya dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi. Saya telah cukup banyak membaca buku." seketika sang ayah menampar andrew dan berkata, "Mengapa kamu mempunyai jiwa yang begitu lemah? Bahkan jika saya harus mengemis di jalanan, ayah akan menyekolahkan kalian sampai selesai!" Susi menganjurkan adik harus tetap sekolah dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya. Kalau tidak, ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini. Aku telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas." sang adik hanya duduk diam sambil berpikir. Keesokan harinya sebelum matahari menampakkan sinarnya, andrew berjalan keluar meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh. Dia sempat meletakan surat disamping ranjang susi. "Kak, kakak masuk saja ke universitas. Untuk bisa masuk k situ tidak mudah,jadi jangan sia2kan,kak. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimkan uang untukmu. saya sayang dengan kakak." Setelah membaca surat itu, ia memegang kertas tersebut di atas tempat tidurnya dan menangis. Dengan uang yang sang ayah dan uang yang dihasilkan andrew dari mengangkut semen di lokasi konstruksi, akhirnya susi bisa sampai ke semester 6. Suatu hari, saat susi sedang belajar di kamarnya, tiba2 temannya masuk memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!" Susi terheran2, siapa gerangan orang mencarinya. Susi keluar dan melihat ternyata yang datang adalah adiknya. Seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir, lalu susi berkata, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kalau kamu adalah adikku?" Andrew menjawab sambil tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku ini.kak. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Susi merasakan badan bergetar, ia merasa terenyuh mendengar pengakuan adiknya dan air matanya pun membasahi matanya. Susi lalu menyapu debu-debu yang melekat di tubuh adiknya, dan dengan suara yang tersekat ia berkata, "Aku tidak peduli dengan omongan orang lain! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. Kamu adalah adikku sampai kapanpun juga..." Andre hanya tersenyum, dan dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepada susi dan berkata, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kakak juga harus memiliki satu." Susi tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi. Lalu ia menarik adrew ke dalam pelukannya. Suatu saat,Susi berkenalan dengan seorang pemuda yang baik hati dan mereka pun berpacaran. Suatu hari, susi mengundang pacarnya untuk datang ke rumah. Ia berbicara dengan adiknya kalau besok sore pacarnya akan datang. mendengar pacar kakaknya akan datang, andrew lalu membersihkan rumah tanpa sepengtahuan kakaknya. Andrew memutuskan untuk pulang lebih awal untuk mmbersihkan rumah.kaca2 jendela yang pecah telah diganti, sarang laba2 di sapu dengan bersih, sampah kecil ia pungut dan kamar mandi pun ia sikat hingga bersih. Setelah pacarnya pulang, susi begitu gembira menari nari seperti seorang gadis kecil. lalu ia menghampiri ibunya dan berkata, "Bu, terima kasih ya, ibu sudah menghabiskan waktu dan tenaga untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi sang ibu menggeleng dan menjawab sambil tersenyum, "Itu bukan ibu yang kerjakan,nak. semua itu adalah hasil kerja adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu." Susi masuk ke dalam kamar adiknya. Ia Melihat muka andrew yang telah kurus, hati susi seperti ter'iris. Susi mengoleskan sedikit obat pada lukanya dan ia membalutnya dengan perban. "Apakah terasa sakit?" tanya susi. "Tidak, tidak sakit. Kakak tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu selalu berjatuhan di kakiku. Tapi itu pun tak dapat menghentikanku untuk bekerja." jawab andrew. Seketika susi membalikan tubuhnya membelakangi andrew. Ia tidak kuat mendengar kata2 adiknya dan air matanya pun mengalir deras turun ke wajahnya.

Ketika Susi menikah, mereka akan tinggal di kota. Berapa kali susi dan suaminya mengundang orangtuanya untuk datang dan tinggal bersama, tetapi mereka tidak pernah mau. Bahkan andrew pun juga tidak setuju, dan ia hanya mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini. Biar nanti kakak tidak terlalu banyak bebannya" Akhirnya susi pun hanya berdiam dan mengalah. Suami susi akhirnya menjadi direktur di sebuah pabrik, suaminya menginginkan andrew mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi andrew menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras mau mandiri dan menjalani pekerjaan sebagai reparasi. Suatu hari, saat andirew di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ia mendapat sengatan listrik lalu terjatuh dari tangga, dan ia masuk rumah sakit. Susi dan suaminya pergi menjenguk andrew. Melihat gips putih pada kakinya, susi pun menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang mendapat luka serius seperti ini. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
"Pikirkan kak, kakak ipar baru saja jadi direktur dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer di tempat kakak ipar, nanti akan ada omongan dari para karyawan, dan reputasi kakak ipar akan jatuh." jawab andrew. Mata suami susi mulai berkaca-kaca, susipun hanya dapat berkata dengan suara tercekat, "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" Andrew menggenggam tangan susi dan berkata, "Mengapa membicarakan masa lalu,kak? " Susi pun dengan kesekian kalinya hanya terdiam dan menanggis mendengar kata2 adiknya.
Tak terasa Andrew telah menjalin hubungan dengan seorang gadis dusun yang sederhana. kemudian andrew menikahi gadis itu. Dalam acara pernikahannya, MC bertanya kepada andrew, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi dalam hidupmu?" dengan spontan tanpa berpikir ia menjawab, "Kakakku!" lalu andrew melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kejadian di masa kecilnya, yang bahkan tidak diingat oleh susi. "Ketika kami masih SD, sekolah kami berada di luar dusun jauh dari tempat kami tinggal. Setiap hari aku dan kakakku berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari di musim dingin, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya dan ia hanya memakai satu sarung tangan untuk berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sendoknya saat kami makan. Sejak hari itu saya berjanji, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan akan selalu baik kepadanya." Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu berdiri dan memalingkan perhatiannya kepada susi. Bahkan suami susi tidak bisa menahan air mata turun.

CATATAN:
betapa indahnya, jika dalam suatu hubungan kita bisa mengasihi sesuatu bagi orang lain. Firman Tuhan mengatakan, "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah." 1 Yoh 4: 7. firman tersebut dengan jelas mengajak kita untuk bisa mengasihi bukan dengan kata2, tetapi mau mengasihi dengan tindakan. Dan sudah tentu dengan demikian maka kita bisa mengenal Allah dengan benar. Saudaraku, memang sangatlah sulit jika kita mengasihi dengan terus menerus, apalagi jkia orang yang kita kasihi itu tidak menghargai dengan apa yang kita perbuat. Sesungguhnya, jika kita tidak komitmen, maka kita akan cepat putus asa untuk mengasihi. Pilih orang2 yang mau kita berkati dengan kasih dari Tuhan, mulailah berdoa dan berkomitmen, maka kita kita tidak pernah lelah untuk berbuat kebaikan bagi sesama kita. Amin...
Tuhan Yesus memBerkati kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar