Kamis, 18 Maret 2010

Selamat dari tragedi Situ Gintung

Saya tinggal di Perumahan Cirendeu Permai, Cirendeu. Rumah saya hanya 2 lantai, dimana lantai dua hanya kami pakai untuk menjemur pakaian, dan dihuni oleh 5 orang yaitu saya, istri, kedua anak dan juga mama mertua, berusia 80 tahun (Oma).

Pada Jumat, 27 Maret 2009 sekitar pukul 05:15 seorang pembantu dari tetangga saya yang Muslim selesai sholat subuh mendengar seperti suara gemuruh. Karena rumahnya bertingkat tiga, ia bisa melihat keadaan luar dan tiba-tiba berteriak, "Banjir!! Banjir!!"

Kebetulan pada saat itu anak perempuan saya, Siska, tidur dengan Omanya. Oma lalu membangunkan Siska sambil berkata, "Ka, Ka, ada maling! Ada maling!" Siska terbangun lalu mengetahui bahwa ternyata bukan ada maling tetapi banjir besar!!

Saya yang dibangunkan mama mertua sempat melihat jam, kurang lebih pukul 05.20. Lalu saya membangunkan anak yang lain, istri dan langsung memerintahkan orang rumah untuk mematikan semua listrik di dalam rumah. Saya berusaha keluar rumah dan sempat terpeleset karena lantai licin oleh air bercampur lumpur yang sudah masuk ke dalam rumah setinggi paha orang dewasa.

Semua penghuni rumah berusaha keluar dari rumah tetapi ternyata pintu depan sulit dibuka akibat arus air yang sangat deras. Air dan lumpur masuk dari pintu samping yang sudah jebol dan masuk juga dari selokan rumah. Istri saya lalu berusaha naik ke kursi tapi karena air terus naik maka dia naik juga ke sandaran kursi itu. Tetapi tiba-tiba kursi terjatuh sehingga istri saya harus berpegangan pada teralis dan kakinya "bersandar" di tembok.

Air di dalam rumah terus meninggi sementara kami tidak bisa kemana-mana. Kami lalu sepakat berteriak "YESUS!!"

Saat itu Siska berpegangan pada pintu kamar dimana di pintu itu dipasang gambar Tuhan Yesus. Melihat gambar itu Siska berteriak, "Tuhan Yesus stop banjir ini!!" Keadaan air sudah sangat tinggi waktu itu, sehingga hanya menyisakan ruang udara yang sangat sedikit buat kami. Tiba-tiba setelah Siska berteriak, air berhenti tepat sejajar dengan bagian dagu dari gambar Tuhan Yesus. Sungguh luar biasa dan ajaib!! Lalu dalam waktu kurang lebih 20 menit air mulai surut.

Keajaiban lain, tempat tidur dimana Oma berada saat air mulai masuk ke dalam rumah ternyata ikut mengapung sementara air makin tinggi, sehingga Oma tidak terkena banjir. Setelah air surut, para tetangga mulai mendengar teriakan kami dan mulai menolong.

Tidak lama kemudian, kami mendengar dering telepon. Ternyata semua HP yang kami letakkan di atas tempat tidur juga tidak terkena banjir sehingga masih berfungsi! Luar biasa!

Dan yang membuat saya sangat terheran adalah peralatan pemberkatan nikah (Pak Handoyo dan istri melayani dalam Pelayanan Pemberkatan Nikah di gereja-Red) yang berada di kamar depan sama sekali tidak basah!! Sungguh luar biasa!

Bencana mulai reda sekitar pukul 07.00 pagi. Meskipun banyak barang yang hilang, termasuk satu mobil anak saya terbawa arus dan masuk ke sungai namun sore hari ditemukan, kami sangat bersyukur karena seluruh keluarga diselamatkan Tuhan Yesus dari bencana Situ Gintung.

Sumber: Kesaksian Handoyo/Ka. Sekretariat GBI Senayan Induk
http://www.facebook.com/l/3cc1e;www.hmministry.com

Blessing Family Centre Ministry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar