Rabu, 13 Oktober 2010

KRITIK SEBAGAI PROSES EDITING

Tidak banyak orang yang suka dikritik, namun demikian kita harus memaknai kritik dengan cerdas. Setiap orang yang menginginkan peningkatan "up grating" potensinya pasti harus melewati ujian. Ujian akhir seseorang memperoleh gelar kesarjanaan adalah ia harus menulis skripsi. Ujian akhir seorang memperoleh gelar master adalah ia menulis thesis dan seterusnya. Saya telah melewati 2 tahapan itu dan memiliki pengalaman yang berat namun di akhirnya mendatangkan sukacita.



Setiap BAB dari tulisan harus dibaca berkali-kali dan dimintai advis dari dosen pembimbing. Kadangkala dosennya keras dan memberikan coretan-coretan yang kontraproduktif sebagai proses koreksi atas tulisan-tulisan itu. Demikian pula halnya di dalam menulis note di FB. Saya pribadi akan mengedit berulang-ulang untuk sebuah tulisan. Membaca kembali dan mengedit lagi hingga berkali-kali. Itu pun masih banyak saja kekurangannya. Dalam menulis khotbah saya pribadi akan menjatuhi bahan khotbah saya dengan berbagai kritik untuk meminimalisir kelemahan khotbah itu. Puji TUHAN setiap orang yang memaknai KRITIK sebagai proses editing akan memperoleh hasil yang maksimal dari yang dia harapkan. TULISAN akan terminimalisir dari kelemahan, meskipun tidak selalu sempurna. Mari memaknai kritik sebagai proses editing niscaya kita akan menikmati kritik sebagai peminimalisiran kesalahan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar