Jumat, 25 Maret 2011

4 KEKUATAN BESAR YANG DIPERTUHAN MANUSIA MASA KINI ( SIAPAKAH ANTIKRIS ZAMAN INI? ) II

Bagian 2

Teks : Markus 10 : 23 – 25 Markus 10 : 28 - 31
Pada bagian pertama serie renungan ini telah diuraikan bahwa ada 4 kekuatan besar yang dipertuhan oleh manusia pada masa kini yakni : 1. Kekuatan besar IPTEK 2. Kekuatan besar nafkah ( ekonomi ) 3. Kekuatan politik 4. Kekuatan agama. Pada serie 1 renungan ini telah dijelaskan secara singkat tentang kekuatan yang pertama yaitu Kekuatan Iptek ( Ilmu Pengetahuan ). Selanjutnya saudara, kita akan membahas tentang kekuatan besar yang kedua yaitu Kekuatan nafkah atau dapat disebut juga sebagai kekuatan ekonomi.
Kekuatan nafkah merupakan suatu kekuatan yang berpengaruh dan berkuasa dan tidak kalah berkuasanya dari kekuatan yang pertama kekuatan iptek. Kekuatan nafkah/ ekonomi adalah kekuatan yang sangat penting dan menjadi pusat perhatian manusia karena ini merupakan masalah urusan perut ( Urusan makan dan minum ). Kekuatan nafkah/ekonomi ini juga memiliki Imam ( Pemimpin ) dari tingkat terendah sampai tingkat yang tertinggi. Siapakah pemimpin nafkah/ ekonomi dalam tingkat yang terendah? Sudah menjadi kelaziman di dunia ini bahwa seorang suami adalah sebagai kepala / pemimpin ( Imam ) dalam keluarga. Dengan demikian pertanyaan siapakah pemimpin ekonomi dalam hirarki atau tingkatan terendah sudah terjawab yaitu adalah para suami/ kepala keluarga. Para suami adalah kepala keluarga ( imam ), pencari nafkah disebut juga sebagai tulang punggung suatu keluarga.
Mayoritas manusia di dunia ini masuk dalam hirarki ini. Maka menurut pandangan dunia ini betapa hina dan tercelanya bila seorang imam dalam keluarga atau kepala keluarga tidak bekerja mencari nafkah/ uang. Dan sebaliknya alangkah terpujinya seorang imam ( kepala ) dalam keluarga kalau ia pintar dalam mencari nafkah karena di sinilah letak harga diri seseorang. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan kalau orang tidak tertarik mengikut Yesus apalagi bekerja untuk Yesus. Ada sebuah lagu rohani yang syairnya berkata : Kerja buat Tuhan terlalu manise, biarpun tanpa gaji……dst. Orang Kristen kerapkali menyanyikannya, tapi dalam prakteknya antara yang dinyanyikan dengan yang dilakukan sangatlah berlawanan! Belum lagi sebuah lagu rohani lainnya yang syairnya berbunyi demikian : Saya mau iring Yesus, meski miskin dan menderita dalam dunia…dst. Yang terjadi justru kebalikannya, manusia begitu munafik, antara yang terucap dengan fakta adalah sangat jauh berbeda ( Kelakuan parisi/pemimpin agama pernah dikecam oleh Yesus karena berperilaku seperti itu ). Kelakuan parisi modern zaman sekarangpun tidak kalah durhakanya terhadap Yesus, tetapi orang Kristen berlaku cuek atau masabodoh terhadap tawaran Yesus untuk bekerja melayaniNya. Sekarang ini sudah terbangun asumsi bahwa yang namanya Melayani Yesus itu dikhususkan untuk para pendeta, majelis gereja dan aktifis aktifis yang aktif dalam kegiatan ritual gerejawi. Dan mereka berkata : biarlah kami kan bisa mendukung mereka dalam bentuk kehadiran kami di gedung gereja, memberi persembahan, perpuluhan dan menjalankan kegiatan kegiatan ritual,sedangkan urusan lainnya biarlah para pendeta, majelis gereja, para aktifis yang mewakilinya. mereka adakan untuk melayani kami anggota jemaatnya. Bukankah tidak ubahnya seperti bekerja di sebuah perusahaan yang melayani karyawan dan nasabahnya? Pertanyaannya sekarang apakah melayani bekerja untuk Yesus sama seperti itu ? Tentu saja tidak seperti itu saudara! Mengikut Yesus justru kebalikannya, setiap orang harus rela melepaskan harga dirinya, bahkan menjadi hina dan bukan memperoleh pujian manusia. Manusia lebih memilih melayani kegiatan keagamaan, patuh pada pemimpin agama/ parisi modern zaman ini ketimbang mengikut dan melayani Yesus karena mereka lebih aspiratif terhadap keinginan manusia. Mengikut Yesus secara letterlex dianggap berlawanan dengan aspirasi mereka, Pengikut Yesus adalah orang orang hina, tidak punya harga diri, sangat memalukan, bisa bisa dianggap sesat dan gila. Hal ini juga pernah dialami oleh Yesus. Perjanjian Baru mencatat, Manusia menolak Yesus, Ia dikucilkan, mau dilempar batu, dihina dan dianiaya mereka menghina Yesus dan menyebutnya sebagai orang gila. Selanjutnya siapakah pemimpin nafkah/ekonomi dalam tingkat yang tinggi? Alkitab mencatat di kitab Wahyu akan kebinasaan dari para pedagang/pebisnis/ pengusaha, merekalah masuk dalam kategori pemimpin nafkah/ekonomi dalam tingkat yang tinggi. Kemudian juga kehancuran dari suatu Negara yang paling banyak sumber ekonominya/ Negara kaya, merekalah yang masuk dalam kategori pemimpin ekonomi yang tertinggi. Sekarang kalau kita mau merefleksi diri, bukankah Negara miskin mengharapkan bantuan dan mengabdi pada Negara kaya/ pemimpin ekonomi dunia? Bukankah para suami pemimpin ekonomi terendah juga mengabdi pada para pengusaha sebagai pemimpin nafkah yang lebih tinggi? Inilah suatu realitas yang ada di dunia ini. Bukankah hal ini merupakan kenyataan bahwa manusia menggantungkan hidup pada kekuatan nafkah dari tingkat yang terendah sampai pada tingkat yang tertinggi? Dalam kehidupan ritual, kelihatannya manusia mencari Tuhan, tetapi pada praktek hidup sehari-hari nya manusia menggantungkan diri pada kekuatan nafkah/uang. Maka ajaran Tuhan Yesus untuk bekerja melayaniNya dan meninggalkan nafkah/pekerjaan dipandang tidak konstektual, dianggap sebagai ajaran orang yang tidak waras, itulah faktanya! Yesus ditolak, Yesus dihina! Manusia lebih memilih dunia ini ketimbang memilih Yesus Sang Juruselamat. Mereka baru mau ikut Yesus kalau syarat lahir baru yang diminta Yesus bisa dikompromikan. Dalam Alkitab mengungkapkan dengan jelas orang orang yang urung mengikut Yesus, ketika Yesus menolak berkompromi dengan orang orang yang menggunakan alasan untuk mengurusi ladangnya/bisnisnya lebih dulu baru mereka mau mengikut Yesus. Banyak argument yang dewasa ini dipakai orang untuk tetap mempertahankan nafkahnya, dan umumnya imam imam modern justru melegalkan argument tsb, dan mengeruk keuntungan dari pengajarannya itu. Argumen argument itu antara lain adalah : Asal jadi orang baik baik, suka beramal maka orang Kristen justru harus kaya supaya bisa menolong orang, sebab itu diperlukan nafkah/ uang, orang Kristen harus berhikmat, jangan bodoh mengikuti bulat bulat perkataan Yesus! Inilah beberapa argument kelihatannya bagus apalagi dibungkus dengan bahasa rohani. Apa betul argument argument itu saudara? Selaku hamba Kristus, dengan tegas saya mau katakan bahwa argument itu tidaklah benar! Argumen argument itu adalah bukti seseorang menolak Kristus. Dan dosa menolak Kristus tidak ada ampunnya. Dosa dosa lain umumnya terjadi antar manusia, dan itu bisa diampuni kalau seseorang mau bertobat dan tidak mengulanginya. Tetapi dosa menolak Kristus tidak terampunkan, dosa menolak Rohkudus.( Setelah dimuliakan Yesus bukanlah manusia biasa Dia adalah wujud kepenuhan Allah/hadirat Allah. Saya mau katakan di sini itulah beratnya mengikut Yesus, perlu penyangkalan diri/pengosongan diri dari keinginan dunia ini. Sungguh tidak populer! Tuhan Yesus selalu berterus terang kepada setiap orang yang mau jadi pengikutnya bahwa risiko mengikut Yesus adalah engkau akan dihina, harus berani menerima malu. Sebab itu Tuhan Yesus mengingatkan barangsiapa yang malu mengikut Yesus, maka Yesuspun malu mengakuinya dihadapan BapaNya kelak. Tetapi berbahagialah orang yang karena mengikut Aku engkau ditolak, dihina dan dikucilkan bahkan dianiaya dan dibunuh karena upahmu besar di surga. Mengikut Yesus adalah pengabdian penuh atau pekerjaan penuh waktu ( Full Time ). Dan patut diingat bahwa pekerjaan mengikut Yesus bukanlah pekerjaan ritual ( agama ), tetapi merupakan pekerjaan yang nyata. 100% nyata, bukan 50% ritual dan 50% faktual ( nyata ). Itulah beratnya mengikut Yesus, karena mengerjakan pekerjaan nyata/ faktual 100% tapi tanpa gaji. Jauh berbeda dengan pekerjaan nyata da lainnya, karena upah dari pekerjaannya adalah gaji/ berupa uang. Sedangkan pekerjaan mengikut Yesus adalah tanpa gaji, tapi Yesus menjanjikan upahnya yang jauh lebih berharga yaitu suatu kehidupan kekal. Lalu bagaimanakah sikap kita mengenai masalah perut? Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita tentang Doa Bapa Kami, yang antara lain berisi kata kata : “ Berilah kepada kami, makanan kami yang secukupnya. Arti kata secukupnya bukanlah berarti suatu kemapanan tetapi makna yang terkandung adalah bermakna hidup seperlunya. Karena doa itu dilanjutkan dengan kata kata : Biarlah kesusahan sehari cukuplah sehari. Berarti sehari saja dan tidak bergantung pada tabungan atau deposito anda, tapi hidup bergantung pada pemeliharaan Tuhan. Apakah dengan mengikut Yesus kita diajarkan jadi pemalas? Sama sekali tidak saudara! Karena pekerjaan yang dikerjakan Yesus adalah pekerjaan faktual bukan pekerjaan ritual, tapi pekerjaan sungguhan yang harus dikerjakan dengan lebih rajin. Lalu darimana uang untuk membiayai hidup? Yohanes Pembaptis mengatakan : “ Hasilkanlah dari buah buah pertobatanmu”. Dan salah satu dari tulisan Rasul Paulus juga mengatakan: “ Memberi dari apa yang ada padamu dan bukan dari apa yang tidak ada padamu, dan cukupkanlah hidupmu dari apa yang ada padamu. Marilah kita kembali merefleksi diri, bahwa pada waktu sebelum anda bertobat dalam pertobatan lahir baru , hidup kita menimbun harta sebanyak-banyaknya sehingga kita selalu merasa kurang, kita selalu merasa kurang banyak untuk memiliki dan menyimpan/ menimbun. Namun setelah bertobat seharusnya kita harus merubah orientasi hidup kita dari orientasi hidup menyimpan/ memiliki/menimbun menjadi orientasi hidup yang baru seperti yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus menjadi orientasi hidup melepaskan hak milik kita/ menggunakan/ mengosongkan diri, ini bisa terjadi kalau ada penyangkalan diri melalui pertobatan lahir baru. Orientasi hidup seperti Yesus, juga telah diteladani oleh rasul Paulus. Rasul Paulus mengatakan, bahwa biarlah aku semakin berkurang kurang, tetapi bertambah-tambah dalam Kristus. ( Menjadi serupa dengan Yesus ), itulah orientasi hidup Paulus setelah ia bertobat. Kepada murid muridNya Yesus pernah mengingatkan untuk tidak bekerja pada 2 majikan, Tuhan atau Mamon? Kristus meminta pada muridNya untuk memilih salah satu. Kalau tidak akan terjadi conflict of interest ( benturan kepentingan ). Kalau memilih mammon harus bekerja sepenuh waktu untuk Mamon ( tidak boleh separuh separuh), begitu pula sebaliknya kalau memilih Kristus. Siapakah Mr Mamon itu? Mamon adalah nama lain dari Uang ( Nafkah ). Tadi sudah dipaparkan siapa saja pemimpin nafkah/ekonomi di dunia ini. Yakni para kepala keluarga/ para suami pencari nafkah untuk hirarki pemimpin nafkah terendah, dan para pengusaha/ pemberi nafkah untuk pemimpin nafkah untuk hirarki yang lebih tinggi dan pemimpin ekonomi dunia suatu Negara kaya dan besar di dunia ini. Para pemimpin nafkah/ ekonomi ini mempunyai kekuatan yang sangat besar dan berpengaruh, karena dengan kekuatan uang/ ekonomi mereka, mereka dapat mengarahkan dan mempengaruhi pada 3 kekuatan besar lainnya. Bukankah suatu fakta yang sudah terjadi zaman sekarang ini dimana para pengusaha ( imam dibidang ekonomi ) telah berkolaborasi dengan para pemimpin politik ( pemimpin Negara ) dan pemimpin agama, mengatur pemerintahan dunia ini. Rasul Paulus dalam surat surat kirimannya kepada Timotius menubuatkan bahwa pada akhir zaman banyak orang akan cinta uang dan memperTuhan perut ( urusan nafkah/ urusan makan minum ). Dan sekarang ini kalau kita cermat mempelajarinya, maka apa yang sudah dinubuatkan Rasul Paulus itu telah menjadi kenyataan. Sebab itu Rasul Paulus dengan tegas mengatakan bahwa akar atau biang keladinya kejahatan adalah uang. Inipun suatu fakta! Selanjutnya marilah kita menantikan serie ke 3 untuk membahas 2 kekuatan besar lainnya yakni kekuatan Politik dan kekuatan agama. Kiranya anda tetap mengikutinya dengan seksama. Amin.
sumber

Ev.Andereas Dermawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar