Sabtu, 12 Februari 2011

JANGAN MENYERAH

Mardy menatap pusaran lahar dingin Merapi yang mengalir deras di bawah jembatan tempatnya berdiri dengan tatapan kosong. Air gelap kotor yang membawa segala bongkahan batu, serpihan kayu dan sampah lainnya, bagai menariknya dengan kuat untuk menerjunkan dirinya bergabung dengan kekelaman itu.

Tangan Mardi mencengkeram dengan keras besi pagar jembatan, sampai buku-buku jemarinya memutih. Tubuhnya bergetar keras, matanya berkecap-kecap liar, dan penampilannya sore itu benar-benar memprihatinkan. Kotor, lusuh dan bagai raga tanpa jiwa.

“Apakah lagi gunanya aku bertahan hidup kalau semua penderitaan ini harus kualami. Orang yang kucinta telah berpaling dariku dan memilih menikah dengan lelaki lain yang lebih hebat…” Mardi mengeluh panjang. Kemarahan bercampur kesedihan mendalam berkecamuk dalam hatinya. Mardi ingin menjerit sekuatnya, tapi yang keluar dari bibirnya yang bergetar hanyalah dengusan nafas berat…

Bayangan kekasihnya Wati yang bersanding dengan sahabatnya sendiri dipelaminan siang tadi membuatnya hancur berkeping-keping. Mardi sangat mencintai Wati. Dan Mardi sudah penuh impian, Wati akan menjadi isterinya dan melahirkan anak-anaknya, dan mereka akan hidup bahagia.

Tapi kini, semua impiannya hancur. Mardi benar-benar patah hati, dan merasa hidupnya sudah tak berarti, dan ia bertekad mengakhiri penderitaannya dengan menjeburkan tubuhnya di luapan lahan dingin Merapi.

“Menyaksikan luapan lahan dingin Merapi ini sebenarnya membuatku hancur…. Sangat hancur, sampai-sampai aku tak tahu apakah aku akan mampu bertahan….”. Mardi tersentak kaget mendengar suara seseorang yang entah kapan telah berada persis disampingnya.

Lelaki itu sudah separoh baya. Rambut tipisnya yang telah memutih, beterbangan ditiup angin. Wajah yang telah nampak kerut merut itu sedih, tapi entah mengapa Mardi melihat suatu kepasrahan sekaligus ketabahan disitu…

“Saya benar-benar merangkak dalam hidup ini. Saya pegawai kecil dengan impian yang besar, bahkan mungkin sangat besar. Saya belajar banyak dari buku, dan banyak mempraktekkan apa yang saya pelajari. Saya mengadakan banyak percobaan dengan tanaman. Dan hati saya tertambat pada buah naga.

Buah merah dengan daging buah berwarna putih dengan bintik-bintik hitam kecil…. Tanaman yang masih termasuk jenis kaktus dari Meksiko ini mempunyai khasiat menurunkan cholesterol dan penyeimbang gula darah, kamu pasti tahu itu anak muda...." kata lelaki separoh baya itu dengan pelan, namun cukup terdengar oleh Mardy.

Saya bahagia karena memiliki isteri dan anak-anak yang mendukung saya. Hidup perkawinan saya sangat bahagia. Saya sangat mencintai isteri saya. Hidup perkawinan saya dengan isteri saya juga penuh dengan pencobaan.

Isteri saya mengalami kelainan di jantungnya, dan untuk operasi jantung isteri saya, kami banyak mengeluarkan dana. Tapi Tuhan Maha Baik dalam kehidupan kami, sehingga kami mampu melewati semua itu dengan penyertaan dan kekuatan dari Tuhan.

Saya berhenti dari pekerjaan, dan memulai hobby saya dan mengusahakan tanaman buah naga dengan sepenuh waktu yang mampu saya curahkan.

Kami mempunyai kebun pohon buah naga di sekitar Kaliurang. Tanaman itu memberikan berkat berlimpah buat keluarga kami.

Memang untuk mulai memasarkannya saya dan isteri bekerja keras, pagi-pagi buta kami pergi kepasar dan menitipkannya di pedagang-pedagang. Dan dengan berjalannya waktu dan kegigihan kami, para pedagang yang akhirnya datang kekebun kami, mengambil sendiri buah-buah naga itu untuk kemudian mereka jual kembali.

Kami sukacita karena banyak saudara dan sahabat yang bisa terhidupi dengan usaha buah naga itu. Para pekerja kebun dan penanggung jawab kebun, sarjana pertanian dan sarjana akuntansi yang mengurusi pemasaran. Dan menyulap kebun menjadi pusat wisata agronomi yang indah anak perempuan saya yang banyak berperan.

Kebun kami sering mendapat kunjungan dari pejabat pemerintah di Semarang, Solo, Yogya, dan bahkan Jakarta. Banyak juga yang magang di kebun kami, belajar tentang usaha buah naga. Para turis juga banyak yang berdatangan untuk melihat tanaman dan membeli buah naga.

Usaha semakin berkembang pesat. Saya sering diundang untuk mengadakan seminar dan berbagi pengalaman tentang buah naga. Kenyamanan dan kesuksesan benar-benar menjadi milik kami.

Dan …… semuanya menjadi hancur dengan bencana Merapi. Lahar panas Merapi telah menghancurkan semua tanaman itu menjadi hamparan pohon-pohon kering yang menyedihkan…. Kering kerontang…

Perjuangan saya dan keluarga selama bertahun-tahun, hancur dalam sekecap mata…. Tanpa kami mampu berbuat sesuatu untuk menyelamatkannya….. rumah, kebun…. Dan semua yang telah kami usahakan dengan tetes keringat dan kumpulkan rupiah demi rupiah …. Semua lenyap, hancur…..

Dan kamu lihat….. lahar dingin itu….. ditengah derasnya luapan air hitam itu pasti disana juga ada serpihan tanaman buah naga saya….. Saya hancur….. sangat hancur…..

Saya nyaris putus asa, dan tak mampu melewati masa sulit karena lahan panas Merapi. Namun saya beruntung mempunyai isteri dan anak-anak yang begitu tabah dan menguatkan saya.

Sejujurnya…., kami saling menguatkan, karena kami percaya, ALLAH tak pernah meninggalkan kami sendirian. Bahwa semua ini, kehancuran yang tengah terjadi ini bukanlah kehancuran total. Bukan akhir segalanya...

Meskipun kecil, sangat kecil… harapan itu masih tetap jadi milik kami. Saya percaya bahwa ALLAH pasti memberikan jalan keluar untuk semua kesusahan saya ini.

Saya, isteri saya dan anak-anak akan bangkit lagi……, kami akan berjuang lebih keras lagi…. Dan saya yakin percaya bahwa selama saya mengandalkan ALLAH, maka tak ada yang mustahil, DIA pasti akan bukakan jalan dan melimpahkan kami lagi dengan berkat-berkatnya.” Suara lelaki separoh baya itu disambut gemuruh oleh kilatan petir yang bagai mengiyakan perkataan penuh semangat itu.

“Lihat….. hujan akan turun lagi. Mari kita pulang. Terus semangat ya …..” sambungnya sambil tersenyum menepuk lembut pundak Mardi dan bergegas berlalu.

Mardi merasa kerongkongannya bagai tercekik, ia merasa sangat malu terhadap dirinya sendiri, malu terhadap kebodohannya yang nyaris membuatnya melakukan dosa terbesar, bunuh diri…!!

Padahal kalau dibandingkan dengan derita yang dialami oleh bapak tadi, apa yang dialaminya tak ada apa-apanya. Ia masih mempunyai harta benda yang utuh, ia masih mempunyai pekerjaan dengan penghasilan yang bagus, ia masih mempunyai ayah ibu dan adik-adik yang sangat mengasihinya. Dan ia masih mempunyai banyak sahabat yang begitu menagsihinya.

Mardi merenung tentang bagaimana perasaannya, “apakah memang aku merasa begitu hancur oleh perkawinan Wati….? Bukankah aku mencintai Wati, dan selalu menginginkan kebahagiaan Wati.

Kalau dengan perkawinan itu Wati merasa bahagia, mengapa juga aku harus bersedih…..? Seharusnya aku bahagia, karena wanita yang kucinta hidup bahagia. Memang ini sangat menyakiti hatiku…, tetapi apakah itu menjadi alasan kuat aku harus mengakhiri kehidupan yang telah ALLAH berikan padaku.. ?. Haruskah aku jadi pengecut, atau pecundang….?

Bah…. Ini sangat memalukan sekali. Aku harus bangkit… aku harus semangat….. Bapak tadi yang telah kehilangan harta bendanya saja masih begitu semangat untuk memulai lagi, masa aku yang masih muda harus menyerah…? Aku harus bangkit….. aku harus semangat…..

ALLAH pasti akan menolongku, akan memberikan yang terbaik bagiku…. Dan aku percaya, bahwa aku pasti akan menemukan wanita yang mencintaiku dan kucintai untuk menjadi pasanga hidupku, dan aku tahu bahwa ALLAH sudah sediakan itu... hanya tinggal waktu ALLAH....

Aku harus kuat... aku harus semangat...!!”. Pikiran itu membuat Mardi menjadi tenang, dan guyuran air hujan yang semakin deras membasahi tubuhnya, terus dan terus mengalir sejuk sampai dihatinya….

Saudaraku terkasih,
Mungkin saat ini Anda merasa hancur karena semua impian dan apa yang Anda miliki berlalu dari kehidupan Anda. Dan Anda merasa semuanya begitu buruk dan menjauh darimu. Percayalah, itu bukan alasan untuk menghukum diri sendiri dan memutuskan bahwa semuanya telah berakhir.

Anda pasti bisa bangkit dengan mengandalkan kekuatan dari ALLAH, dan ALLAH pasti akan menolong. Karena Anda sangat berharga bagi-Nya dan percayalah tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Karena ALLAH Maha Sempurna.
----------

(1 Petrus 3:4) tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

But let it be the inward adorning and beauty of the hidden person of the heart, with the incorruptible and unfading charm of a gentle and peaceful spirit, which is very precious in the sight of God.

LORD JESUS bless you and me, now and forever. Amen.

Depok, 29 Januari 2011

Renungan sore Lisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar