Lima tahun pun berlalu. Usia Nathan genap enam tahun, secara klinis kini ia tak lagi menunjukkan ciri-ciri autis, hanya saja cara ia berkomunikasi masih sering memiringkan kepalanya. Tapi kemajuan pesat menuju normal telah dimiliki Nathan. Ia kini sudah bisa bersepeda roda dua. Meniup sendiri balon-balon ulang tahunnya. Padahal saat ia berusia dua tahun, butuh enam bulan lamanya berlatih, baru mulut kecil itu bisa melakukan gerakan meniup. Namun apapun perubahan yang terjadi pada diri Nathan adalah mukjizat terindah yang sangat disyukuri Ibunya.
Kehidupan Mazaya pun merambat naik. Saat Nathan mulai bisa mandiri. Secara perlahan ia pun kembali memasuki kehidupannya yang pernah dilepaskan demi membentuk masa depan bagi buah hatinya. Mazaya kembali bekerja meskipun harus merambah dari dasar. Hingga akhirnya tak ada ketergantungan materi dengan siapapun. Kini ia telah mampu bernafas lega setelah selama lima tahun seolah bernafas dalam lumpur. Mazaya menggenggam erat jemari Nathan. Wajah mungil yang mewarisi ketampanan Heykal dan garis-garis ketegaran wajah Ibunya itu terlihat tegang. Hari ini adalah final “Lomba Baca Puisi Tingkat Nasional” yang diikutinya.“Mama, aku takut kalah” ujarnya ragu. Mazaya tersenyum lembut seraya membelai rambut putranya.
“Nathan khan tadi sudah berdoa dan minta sama Tuhan untuk dikasih kemenangan. Jadi, harus yakin bisa menang. Yang penting bacanya nanti yang bagus ya sayang” Sahutnya memberi semangat. Namun tak urung dada Ibu muda itu terasa sesak, ia takut Nathan kalah dan kecewa karena ia bertanding dengan 7 anak normal lainnya yang terseleksi masuk babak final hari ini. Tapi dari kesemua peserta, hanya Nathan lah yang beriwayat autis.
Mama,
Aku memang terlahir beda
Kataku sulit dicerna
Wajahku tak bersinar ceria
Aku hidup didunia tanpa warna..
Mama,
Ada jemarimu menyaput warna diduniaku
Ada senyummu memberi bentuk di abstraknya hidupku
Ada senandungmu di senyapnya malamku.
Mama,
Kini duniaku tak lagi gulita
Doa mu melebihi mukjizat yang pernah ada
Kini aku hidup seperti mereka, dapat tertawa, bercanda dan berkarya
Terima kasih Mama,
Telah merajut rapi benang-benang masa depanku
Walau kutahu betapa banyak duka, derita dan air mata telah tertumpah
Peluk, cium serta sujudku, hanya untukmu yang selalu tercinta….
Air mata Mazaya menetes deras, ada letupan-letupan bahagia yang begitu dahysat didadanya. Tepuk tangan riuh terdengar dari seluruh penjuru gedung. Semua juri berdiri memberi penghargaan, mungkin karena mereka tahu Nathan adalah penyandang autis yang berhasil menyamai kepintaran anak normal. Bahkan Mazaya hampir tak percaya pada kalimat-kalimat puisi yang begitu jelas diucapkannya. Secara subyektif, Mazaya yakin anaknya lah yang paling bagus dalam hal penampilan dan pembacaan puisi.
Ternyata apa yang diduga Mazaya benar. Pengumuman pemenangpun dibacakan dan… Juara pertama diraih oleh Muhammad Nathan Ibrahim.
Ibu muda itu serta merta memeluk tubuh Nathan yang tiba-tiba terasa dingin. Senyum ceria terpencar diwajah mungilnya. Senyum yang begitu lama diperjuangkan olehnya.
“Mama, itu kan namaku” ujarnya lugu
“Ia Nak, kamu pemenangnya !"
Dengan langkah mantap. Nathan pun melangkah menuju panggung penghargaan. Sama sekali tak terlihat ciri-ciri autis pada dirinya. Mazaya memang telah berhasil membawa buah hatinya keluar dari dunia yang tak pernah di harapkan oleh Ibu manapun di jagat ini. Selama lima tahun berjuang, akhirnya Mazaya berhasil mempersembahkan sebuah dunia bagi Nathan. Dunia yang sebenarnya, dimana ia akan mendapatkan banyak pilihan dalam bercita-cita.
Berita kemenangan Nathan yang diliput beberapa media massa, akhirnya sampai juga pada Haykel. Ada yang tercabik-cabik dihatinya. Haru, sesal dan berjuta perasaan berkecamuk dibatinnya. Nathan terlihat begitu gagah dengan piala ditangannya.
Senyumnya mengembang ceria meliputi kesempurnaan wajah tampannya. Ingin rasanya ia berlari memeluk ‘pria kecil’nya yang pernah dicampakkan dan dianggap tak berguna. Sayangnya Haykel tak pernah mengetahui kekuatan yang dimiliki Mazaya. Ia tak pernah menyadari, begitu banyak mukjizat terlimpah dan tercipta untuk seorang Ibu seperti Mazaya.
Ada keinginan dihatinya untuk kembali memasuki kehidupannya yang dulu. Tapi lima tahun bukanlah waktu yang singkat untuk suatu perubahan. Hidup Haykel kini telah diramaikan oleh Natasha dan Mandira - bayi perempuan mungil berusia satu tahun yang terdiagnosa tuna rungu sejak lahir. Karma Tuhan memang selalu nyata. Dulu Haykel pernah menolak kehadiran Nathan, tapi kemudian takdir kembali mempertemukannya dengan Mandira yang menuntut tanggung jawab dan perhatiannya sebagai orang tua. Ia pun akhirnya tersadar setiap anak adalah kado terindah dari Tuhan, hanya terkadang mereka datang dengan sampul yang berbeda. Adakalanya hadir dengan motif indah menawan Namun tak jarang terbungkus dalam sampul buram tanpa warna.
Tapi apapun bentuknya mereka tidak hadir begitu saja apalagi diluar rencana atau ketidak sengajaan. Keberadaannya, selalu membawa pesan atau pembelajaran tersendiri bagi orang dewasa. Alangkah bahagianya jika seorang anak diberitahu bahwa alasan mereka dilahirkan adalah karena ada rencana besar Tuhan dan kedua orang tua mereka yang selalu mempersiapkan sebentuk masa depan indah dan kasih
sayang berlimpah.
GOD bless you, now and forever. Amen.
Sumber: Ria Jumbriati previous Bagian 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar